Mengungkap ‘Matinya’ Impor Beras di Tangan Amran
Optimalnya kinerja serapan Bulog tersebut, karena adanya keterlibatan Amran yang berani melakukan “revolusi mental” pada institusi Bulog melalui Program Serap Gabah Petani (Sergap). Yakni merubah pola kerja konvensional diganti dengan cara kerja yang baru.
Pertama, merubah kebiasaan Bulog membeli beras yang hanya menguntungkan middle-man menjadi membeli gabah langsung ke petani. Kedua, merubah dari biasa bermitra hanya ke pedagang atau penggilingan menjadi bermitra petani dan seluruh stakeholder.
Ketiga, merubah cara kerja pasif yaitu beras diantar pedagang langsung ke gudang Bulog menjadi menjemput bola turun langsung ke sawah membeli gabah. Keempat, mengajarkan praktek bisnis yang profesional dan menguntungkan sekaligus melindungi yang lemah.
Kemudian di tahun 2017, Kementerian Pertanian kembali menggerakan Tim Sergab untuk mempercepat penyerapan gabah petani dan sekaligus menstabilkan harga. Upaya ini sekaligus menindaklanjuti arahan Presiden Jokowi untuk menjaga kedaulatan pangan dengan menyerap gabah petani minimal 4 juta ton setara beras dalam waktu 6 bulan yakni Maret hingga Agustus 2017.
Mentan Amran mengatakan untut mencapai target serap gabah tersebut, Kementerian pertanian menargetkan serap gabah petani pada periode Maret hingga Agustus 2017 sebanyak 8,6 juta ton atau 5,46 juta ton setara beras. Menurutnya, target ini optimis mampu dicapai karena di tahun 2016 Indonesia tidak mengimpor beras atas prestasi semua pihak khususnya Bulog dalam menyerap gabah petani.
“Kita tidak lagi impor, kita sudah mulai ekspor, prestasi kita semua. Bulog mampu penuhi stok, prestasi yang banggakan. Luas lahan tanam terus bertambah, 6 juta ton gabah terus bertambah. Jagung pun impornya terus turun, tertinggi dalam sejarah,” kata Amran saat memberikan arahan dalam Rapat Gabungan Percepatan Serap Gabah dan Pengamanan Harga 2017 di Kantor Pusat Kementan, Jakarta, (23/2).
Revolusi mental melalui Program Sergab ini diyakini berdampak ekonomi lebih luas, memperpendek rantai pasok semula 7 hingga 9 level menjadi 3 hingga 4 level saja, memberikan perlindungan harga dan profit bagi petani, merubah struktur dan prilaku pasar pangan, serta mewujudkan keseimbangan manfaat dinikmati antara produksen, pedagang dan konsumen.
Oleh karena itu, berbagai terobosan inilah kini Indonesia mampu berdiri di atas kaki sendiri dalam mencukupi kebutuhan beras. Ini prestasi yang harus diapresiasi oleh semua elemen dan pro aktif mendukung sehingga ke depannya Indonesia terus berdaulat beras bahkan beras Indonesia mampu menjadi feed the world.(*****)
Mimpi besar Bangsa Indonesia akhirnya terwujud. Puluhan tahun mengimpor beras, Tanah Air kembali berdaulat di era pemerintah Jokowi-JK melalui terobosan
- Gelar Rapat Maraton, Mentan Amran Ingin Buat Lompatan Besar Menuju Swasembada Pangan
- Kementan Beri Pendampingan dan Penerapan Mekanisme ke Petani di Merauke
- Kementan Perkuat Integrasi Pelaku Usaha Dukung Daya Saing Produk Hortikultura Lewat Forum Ini
- Dukung Pangan Bergizi, Kementan Gelar Bimbingan Teknis Pemanfaatan Pekarangan
- Soal Rencana Impor Beras 1 Juta Ton, DPR Minta Pemerintah Serap Gabah Petani Lokal Dahulu
- KPK Panggil Auditor Utama BPK terkait Kasus Korupsi X-Ray di Kementan