Mengungkap Sejarah Aksara Batak, Warisan Budaya Indonesia yang Berharga

Aksara Batak memiliki banyak variasi bentuk dan gaya penulisan yang tergolong ke dalam tiga kelompok utama: aksara Batak Toba, aksara Batak Karo, dan aksara Batak Pakpak/Dairi. Setiap kelompok memiliki ciri khas tersendiri dalam hal bentuk dan cara penulisan.
Misalnya, aksara Batak Toba cenderung lebih membulat dan lembut, sedangkan aksara Batak Karo memiliki garis-garis tegas yang lebih menonjol. Sebagian mungkin kesulitan dalam menerjemahkan, hanya saja saat ini banyak ditemukan kamus bahasa batak secara online.
Upaya Pelestarian
Meskipun aksara Batak memiliki sejarah dan keanekaragaman yang kaya, sayangnya, penggunaannya semakin terbatas dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan modern dan pengaruh globalisasi telah menggeser aksara ini dari pusat perhatian.
Upaya pelestarian aksara Batak telah dilakukan oleh berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga budaya, dan masyarakat Batak sendiri.
Pendirian pusat-pusat budaya dan museum di wilayah Sumatera Utara membantu melestarikan dan mempromosikan aksara Batak kepada generasi muda. Pelatihan dan lokakarya ditawarkan untuk mempelajari aksara ini, serta untuk mengenalkan nilai-nilai budaya yang terkait dengannya.
Selain itu, upaya digitalisasi juga dilakukan agar aksara Batak tetap relevan di era digital, termasuk pengembangan font aksara Batak untuk penggunaan di komputer dan perangkat elektronik lainnya.(mcr10/jpnn)
Salah satu warisan budaya yang amat berharga adalah aksara Batak. Meski sulit bagi sebagian orang, tetapi ada kamus bahasa batak yang dapat dimanfaatkan
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul
- Tanam Pohon di Danau Raja, Irjen Herry Ajak Masyarakat Cintai Lingkungan Lewat Adat dan Budaya
- Soal Parapuar, BPOLBF: Tak Ada Pencaplokan, Pendekatan Berbasis Semangat Budaya ‘Lonto Leok’
- IGMJ 2025, Event Musik yang Menyatukan Budaya, Alam, dan Seni dalam Satu Panggung
- Bahlil, Kawulo, Santri, dan Cita-Cita Republik
- Legislator Minta Kemenbud Beri Solusi terkait Pemecatan Pegawai Penggiat Budaya
- Berdialog dengan Fadli Zon, Putu Rudana: Seni Budaya Harus Jadi Mercusuar Bernegara