Mengunjungi Bunker Antinuklir Sisa Perang Dingin di Berlin

Mandi Telanjang Dilihat Pengungsi Lain

Mengunjungi Bunker Antinuklir Sisa Perang Dingin di Berlin
Pintu masuk bunker nuklir di Jalan Burnenstrasse, Berlin. Kondisinya seperti tak terawat untuk menyamarkan dari serangan mush. Foto: Agung Putu Iskandar/Jawa Pos

Setiap lorong bungker dibikin berkelok-kelok. Mirip labirin berbahan beton. "Tujuannya, bila ada roket yang diluncurkan, tidak langsung hancur dalam sekali tembak karena harus membentur banyak tembok," jelasnya.

 

Robin juga mengajak ke kamar dapur. Itu merupakan tempat warga membikin makanan buat pengungsi lainnya. Jam kerja dapur diatur berurutan. Kendati perang nuklir tak juga datang hingga abad ke-21, dapur-dapur itu masih lengkap dengan kompor serta panci-panci besar.

 

Di salah satu tutup panci, ditempelkan celemek berbahan kain. Di atasnya terdapat tulisan dalam bahasa Jerman yang kira-kira bermakna, "Berliburlah ke Eropa mumpung Eropa masih ada". "Tulisan itu asli dari tahun saat bungker ini dibuat. Para pengungsi butuh lelucon karena mereka di sini pasti sangat stres," katanya.

 

Robin yang pernah hidup pada masa Jerman Barat itu lantas mengajak ke kamar tidur. Itu adalah tempat para pengungsi beristirahat. Setiap kamar tidur bisa menampung sedikitnya 48 pengungsi. "Kasur" tempat mereka tidur dibikin sangat darurat, yakni hanya berupa kain yang dihubungkan ke pipa-pipa besi hingga membentuk ranjang. Meski darurat, pengungsi tetap diberi privasi. Setiap ranjang yang langsung bersebelahan diberi sekat dari kain.

Jika perang nuklir benar-benar terjadi, Berlin bisa jadi adalah kota yang paling siap menghadapinya. Ibu kota negara Jerman itu sudah memiliki bungker-bungker

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News