Mengunjungi Bunker Antinuklir Sisa Perang Dingin di Berlin
Mandi Telanjang Dilihat Pengungsi Lain
Kamis, 26 Juli 2012 – 00:26 WIB

Pintu masuk bunker nuklir di Jalan Burnenstrasse, Berlin. Kondisinya seperti tak terawat untuk menyamarkan dari serangan mush. Foto: Agung Putu Iskandar/Jawa Pos
Setiap lorong bungker dibikin berkelok-kelok. Mirip labirin berbahan beton. "Tujuannya, bila ada roket yang diluncurkan, tidak langsung hancur dalam sekali tembak karena harus membentur banyak tembok," jelasnya.
Robin juga mengajak ke kamar dapur. Itu merupakan tempat warga membikin makanan buat pengungsi lainnya. Jam kerja dapur diatur berurutan. Kendati perang nuklir tak juga datang hingga abad ke-21, dapur-dapur itu masih lengkap dengan kompor serta panci-panci besar.
Di salah satu tutup panci, ditempelkan celemek berbahan kain. Di atasnya terdapat tulisan dalam bahasa Jerman yang kira-kira bermakna, "Berliburlah ke Eropa mumpung Eropa masih ada". "Tulisan itu asli dari tahun saat bungker ini dibuat. Para pengungsi butuh lelucon karena mereka di sini pasti sangat stres," katanya.
Robin yang pernah hidup pada masa Jerman Barat itu lantas mengajak ke kamar tidur. Itu adalah tempat para pengungsi beristirahat. Setiap kamar tidur bisa menampung sedikitnya 48 pengungsi. "Kasur" tempat mereka tidur dibikin sangat darurat, yakni hanya berupa kain yang dihubungkan ke pipa-pipa besi hingga membentuk ranjang. Meski darurat, pengungsi tetap diberi privasi. Setiap ranjang yang langsung bersebelahan diberi sekat dari kain.
Jika perang nuklir benar-benar terjadi, Berlin bisa jadi adalah kota yang paling siap menghadapinya. Ibu kota negara Jerman itu sudah memiliki bungker-bungker
BERITA TERKAIT
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu