Mengunjungi Hua Qiao Xin Cun, 'Kampung Indonesia' di Xiamen, Tiongkok
Disambut Lagu Cucak Rowo serta Madu dan Racun
Selasa, 02 Oktober 2012 – 00:02 WIB
Versi lain menyebutkan, para Hua Qiao Indonesia memutuskan kembali ke tanah air karena kondisi di Indonesia membuat mereka tidak nyaman. Terbitnya PP 10 pada 1959 membatasi ruang gerak mereka, terutama dalam hal ekonomi. "Kami hanya boleh membuka usaha di kota/kabupaten. Tidak boleh sampai ke kecamatan-kecamatan atau desa," tutur Pak Tjia, Hua Qiao yang lahir di Makassar.
Apa pun versinya, terjadi gelombang kepulangan para Hua Qiao dari Indonesia ke Tiongkok. Sebagian besar Hua Qiao yang kini menetap di perkampungan tersebut datang pada gelombang pertama, 1961.
Selain dari Indonesia "yang mendominasi", para Hua Qiao itu datang dari tujuh negara lain di Asia Tenggara. Yakni, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Kamboja, Vietnam, dan Myanmar.
Mei Tung menuturkan, awal-awal kedatangan mereka kembali ke Tiongkok sungguh tidak menyenangkan. Menurut dia, kondisinya lebih buruk daripada di Indonesia. "Kami merasa dibohongi," kata lelaki berkacamata tebal itu.