Mengunjungi Hua Qiao Xin Cun, 'Kampung Indonesia' di Xiamen, Tiongkok
Disambut Lagu Cucak Rowo serta Madu dan Racun
Selasa, 02 Oktober 2012 – 00:02 WIB
Janji untuk mendapatkan tanah untuk dikelola ternyata tidak terwujud. Mereka memang diberi lahan untuk digarap sebagai sawah atau lahan perkebunan. Namun, statusnya bukan hak milik. "Kami diminta bekerja di sawah atau kebun tersebut," tambahnya.
Begitu panen, hasil sawah atau kebun tersebut langsung diminta pemerintah. Para Hua Qiao itu tidak hanya dipekerjakan di sana. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka sangat bergantung kepada pemerintah. "Kami diberi kupon untuk ditukarkan beras," kata Mei Tung mengenang.
Saat menuturkan kisah itu, terlihat sudut matanya basah. Satu bulan dia hanya mendapatkan dua kupon. Beras yang mereka dapat dari penukaran kupon tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. "Kami biasanya mencampur dengan ubi," kenang lelaki yang hingga kini tidak mengetahui keberadaan istri dan anaknya itu.
Karena kondisi yang sengsara tersebut, tidak sedikit di antara Hua Qiao itu yang ingin kembali ke Indonesia. Namun, melakukannya secara legal jelas sangat sulit. Pemerintah Tiongkok waktu itu tentu akan mencegahnya.