Mengunjungi Intramuros, Kota di Dalam Benteng di Manila, Filipina

Dibangun 443 Tahun Silam, San Agustin Masih Berfungsi

Mengunjungi Intramuros, Kota di Dalam Benteng di Manila, Filipina
Foto: Travelhouseuk.co.uk

Klasik namun menawan. Ruas jalannya juga dibuat dari bebatuan yang ditata rapi. Pokoknya, kondisi kota itu diupayakan masih seperti aslinya. "Intramuros dibangun Spanyol untuk mengantisipasi serangan dari negara lain," terang Jonathan Lasutan, 38, pemandu wisata.

Seperti halnya negara-negara kawasan Asia Tenggara lainnya, Filipina juga menjadi tujuan menarik untuk diinvasi. Sebab, Filipina memiliki tanah yang sangat subur dan menghasilkan berbagai hasil pertanian.

Spanyol yang lebih dulu menguasainya pun tidak ingin kehilangan Filipina. Mereka menyadari bahwa negara-negara lain seperti Jerman, Portugal, Tiongkok, dan Jepang juga kepincut dengan Filipina. Karena itu, pemerintahan kolonial Spanyol lalu membangun benteng di mulut Sungai Pasig yang menjadi pintu masuk ke Filipina melalui jalur laut.

Benteng dan bangunan-bangunan di dalamnya tak sekadar berdiri. Kualitas dan keindahannya tetap menjadi perhatian. Sebab, jika pertempuran benar-benar terjadi, Intramuros bisa menjadi benteng terakhir Filipina. Salah satu bangunan yang masih "utuh" seperti aslinya adalah Gereja San Agustin. "Gereja San Agustin adalah gereja tertua di Manila dan tetap difungsikan sampai saat ini," kata Jonathan.

Gereja San Agustin dibangun pada 1571. Itu berarti gereja tersebut saat ini telah berusia 443 tahun. Meski sudah tua, bangunannya masih sangat kukuh. Temboknya pun tak terlihat kusam sekalipun tidak tersentuh cat.

Kondisi di dalamnya tak jauh berbeda. Bahkan terkesan luks. Langit-langitnya dipenuhi berbagai ukiran klasik. Lampu-lampu hias khas Eropa juga menggantung di langit-langit gereja. Ketika Jawa Pos mengunjunginya Minggu lalu (9/2), di gereja itu sedang berlangsung misa pemberkatan pernikahan.

Semua gambaran tersebut seakan menegaskan bahwa pemerintah Filipina betul-betul menjaga cagar budayanya dengan serius. Padahal, ceritanya tak seperti itu. Di balik kekukuhan Gereja San Agustin, tempat ibadat bagi umat kristiani tersebut pernah dihantam masalah. Gereja itu pernah menjadi sasaran pasukan Tiongkok tiga tahun setelah dibangun. Setahun kemudian gereja di seberang Casa Manila tersebut diperbaiki.

Setelah direnovasi, beberapa tahun kemudian gereja itu terbakar dua kali. Perbaikan kembali dilakukan oleh Juan Macias pada 1587. Dan pada 1762 Gereja San Agustin kembali menjadi sasaran serangan invasi Inggris. Hebatnya, meski beberapa kali terbakar dan menjadi sasaran tembak pasukan musuh, hingga kini gereja itu masih terjaga dengan baik. Bahkan masih difungsikan sebagai tempat peribadatan.

Filipina memang bukan destinasi wisata pilihan. Tapi, jika ke Manila, ibu kota Filipina, sempatkan datang ke Intramuros, kota yang hidup di dalam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News