Mengunjungi Istanbul, Ibu Kota Budaya Eropa 2010
Kesulitan Komunikasi, Bisa Cari Relawan Berkaus Hijau Toska
Senin, 30 Agustus 2010 – 08:08 WIB

Miniaturk, salah satu tujuan wisata baru di Istanbul. Foto : Lutfi Rakhmawati/ Radar Jogja/JPNN
Perdana Menteri (PM) Recep Tayyip Erdoðan menandatangani langsung memorandum kerja sama masyarakat sipil dengan pemerintah untuk menjadikan Istanbul sebagai Ibu Kota Budaya Eropa. Erdogan juga pernah menjabat wali kota yang dulu dikenal sebagai Konstatinopel itu.
Dengan status tersebut, Istanbul terus berbenah. Fasilitas umum ditambah, termasuk penyediaan wifi di hampir semua tempat umum seperti taman kota dan tempat wisata. Berbagai publikasi dan panduan bagi wisatawan disebar di bandara dan stasiun kereta api.
Tidak kurang dari enam ribu relawan disiagakan. Mereka terdiri atas mahasiswa, pelajar, dan pekerja. Kendala komunikasi kerap membuat frustasi para wisatawan asing. Meskipun sebagian wilayah Istanbul masuk Benua Eropa, tidak semua penduduknya bisa dan terbiasa berbahasa Inggris.
Karena itu, keberadaan relawan sangat vital untuk membantu komunikasi. Umumnya, mereka disebar di tempat-tempat yang menjadi destinasi wisata utama. Misalnya, di sekitar kawasan Sultanahmet, salah satu daerah terpenting di Istanbul, relawan biasanya mengenakan kaus warna hijau toska dengan tulisan Ask Me (tanya saya) di bagian dada.
Bersama Kota Pécs di Hungaria dan Essen di Jerman, Kota Istanbul dinobatkan sebagai Ibu Kota Budaya Eropa (European Capital of Culture) pada
BERITA TERKAIT
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu
- Kontroversi Rencana Penamaan Jalan Pramoedya Ananta Toer, Apresiasi Terhalang Stigma Kiri
- Kisah Jenderal Gondrong ke Iran demi Berantas Narkoba, Dijaga Ketat di Depan Kamar Hotel
- Petani Muda Al Fansuri Menuangkan Keresahan Melalui Buku Berjudul Agrikultur Progresif
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara