Mengunjungi JAXA, Lembaga Pelatihan Astronot Jepang

Di Luar Angkasa, Menu Astronot Harus Tetap Lezat

Mengunjungi JAXA, Lembaga Pelatihan Astronot Jepang
Mengunjungi JAXA, Lembaga Pelatihan Astronot Jepang

Meski JAXA baru ada sejak 2003, gedung di Tsukuba yang merupakan pusat riset dan pelatihan astronot sudah berdiri sejak 1972. "Lembaga ini menggabungkan semua unsur periset, astronot dan ahli angkasa luar dalam satu wadah agar lebih efektif," jelasnya.

Dana operasional tahunan JAXA mencapai 183,8 miliar yen. Uang sebanyak itu digunakan untuk mendukung operasionalisasi 1.649 staf. "Kami juga mempunyai kantor Jaxa di luar negeri. Misalnya, di Houston, Washington, Bangkok, dan Paris," katanya.

Selain melatih astronot, JAXA mengoperasikan satelit-satelit pemantau cuaca. Satelit Alos, misalnya, membantu negara-negara Asia memprediksi curah hujan, ketebalan awan ,dan kecepatan angin. "Dalam kasus bencana alam, kami memberikan visual report secara langsung. Misalnya, dalam kasus gempa bumi di Indonesia, dua jam kemudian kami bisa memberikan laporan untuk pemerintah Indonesia," kata Kazuya.

Namun, yang utama tetap saja melatih awak pesawat angkasa luar. Saat ini Jepang mempunyai delapan astronot. Dua di antaranya wanita. Mereka adalah Mamoru Mohri, Cahki Mukai, Takao Doi, Koichi Wakata, Soichi Noguchi, Satoshi Furukawa, Akihiko Hoshide, dan Naoko Yamazaki.

Jepang bisa disebut sebagai negeri adidaya teknologi. Kemampuan riset ilmiah mereka mampu menyaingi Amerika Serikat dan Rusia. Salah satunya teknologi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News