Mengunjungi JAXA, Lembaga Pelatihan Astronot Jepang
Di Luar Angkasa, Menu Astronot Harus Tetap Lezat
Senin, 09 Maret 2009 – 10:09 WIB
Meski JAXA baru ada sejak 2003, gedung di Tsukuba yang merupakan pusat riset dan pelatihan astronot sudah berdiri sejak 1972. "Lembaga ini menggabungkan semua unsur periset, astronot dan ahli angkasa luar dalam satu wadah agar lebih efektif," jelasnya.
Dana operasional tahunan JAXA mencapai 183,8 miliar yen. Uang sebanyak itu digunakan untuk mendukung operasionalisasi 1.649 staf. "Kami juga mempunyai kantor Jaxa di luar negeri. Misalnya, di Houston, Washington, Bangkok, dan Paris," katanya.
Selain melatih astronot, JAXA mengoperasikan satelit-satelit pemantau cuaca. Satelit Alos, misalnya, membantu negara-negara Asia memprediksi curah hujan, ketebalan awan ,dan kecepatan angin. "Dalam kasus bencana alam, kami memberikan visual report secara langsung. Misalnya, dalam kasus gempa bumi di Indonesia, dua jam kemudian kami bisa memberikan laporan untuk pemerintah Indonesia," kata Kazuya.
Namun, yang utama tetap saja melatih awak pesawat angkasa luar. Saat ini Jepang mempunyai delapan astronot. Dua di antaranya wanita. Mereka adalah Mamoru Mohri, Cahki Mukai, Takao Doi, Koichi Wakata, Soichi Noguchi, Satoshi Furukawa, Akihiko Hoshide, dan Naoko Yamazaki.
Jepang bisa disebut sebagai negeri adidaya teknologi. Kemampuan riset ilmiah mereka mampu menyaingi Amerika Serikat dan Rusia. Salah satunya teknologi
BERITA TERKAIT
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala