Mengunjungi Komunitas Wong Jawa di Jantung Kota Bangkok, Thailand

Seabad Tinggal, Tetap Ingat Kalimat Jawa: Ora Ana Duit

Mengunjungi Komunitas Wong Jawa di Jantung Kota Bangkok, Thailand
Mengunjungi Komunitas Wong Jawa di Jantung Kota Bangkok, Thailand
Ameen Mudpongtua, imam Masjid Jawa, menjelaskan, meskipun dibangun warga Jawa, masjid itu terbuka bagi siapa saja. Bahkan, Ameen sendiri merupakan keturunan Melayu. ''Melayu boleh, Indonesia juga boleh. Dari mana saja,'' katanya dalam bahasa Thailand yang diterjemahkan seorang takmir masjid. Ameen yang berusia 74 tahun telah menjadi imam masjid sejak lima tahun silam.

Buktinya adalah seorang warga Pakistan Zahoor Ahmed, yang juga ikut menemani perbicangan dengan Jawa Pos. Mahasiswa tingkat delapan di Islamabad University itu sudah setahun tinggal di Bangkok. ''Saya sedang bisnis garmen di Thailand. Saya suka tinggal di sini. Penduduknya ramah-ramah,'' katanya.

Kegiatan di Masjid Jawa tidak berbeda dengan masjid pada umumnya. Selain ibadah wajib, seperti salat lima waktu dan salat Jumat, ada pengajian dan pembagian zakat menjelang Idul Fitri. Setiap hari selepas salat Magrib, giliran anak-anak yang belajar mengaji. ''Di sini semua gratis,'' kata imam yang hafal Alquran itu.

Untuk belajar agama, lanjut Ameen, di depan masjid terdapat sebuah madrasah. Bangunannya berlantai dua dengan ruangan terbuka. Biasanya, waktu belajar dari jam 19.00 hingga 20.00. Pesertanya adalah anak-anak dan remaja. Selain itu, di seberang jalan, terdapat area pemakaman yang cukup luas dan mampu menampung sekitar seribu makam. ''Itu kuburan muslim,'' jelas Ameen yang juga pemimpin upacara-upacara keagaamaan, seperti memandikan jenazah dan memakamkan.

Jika Anda beretnis Jawa, jangan merasa sendirian di Bangkok. Di tengah belantara kota berpenduduk 10 juta itu, ternyata terselip komunitas ratusan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News