Mengunjungi Kuil-Kuil Tertua di Jepang

Sumbang 700 Yen Dapat Jimat Banyak Anak

Mengunjungi Kuil-Kuil Tertua di Jepang
Foto: Ridlwan Habib/Jawa Pos
Pensiunan petinggi Sharp tersebut bekerja tanpa dibayar sebagai relawan kuil. Tugasnya mendampingi turis dari luar negeri. Selain bahasa Inggris yang fasih, Ryoichi amat fasih berbahasa Mandarin dan Prancis. ''Apa kabar?'' katanya kepada Jawa Pos.

Tampaknya, meski tak terlalu lancar, Ryoichi juga menguasai bahasa Indonesia. Sebab, dia pernah bertugas di Kuala Lumpur selama beberapa tahun. ''Mirip-mirip,'' ungkapnya menyebut bahasa Indonesia mirip bahasa Melayu yang dipakai di Malaysia.

Jika di Horyuji jimat dipesan, Todaiji juga menawarkan hal serupa. Tapi, bukan berbentuk jimat. Nama penyumbang akan diabadikan di sebuah tempat di kuil utama.

Cukup menyumbang 1.000 yen, seorang petugas kuil segera menggoreskan kuasnya di atas lempengan perunggu dan siap dipajang. ''Dana kuil memang tidak dibantu pemerintah. Mereka mengandalkan sumbangan dari dermawan dan pengunjung,'' jelasnya. (nw)

Pergi ke Jepang belum lengkap jika tidak mampir di kuil. Negeri Matahari Terbit itu punya lebih dari seribu kuil. Rata-rata berada di daerah Kansai


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News