Mengunjungi Kuil-Kuil Tertua di Jepang
Sumbang 700 Yen Dapat Jimat Banyak Anak
Selasa, 10 Maret 2009 – 06:45 WIB

Foto: Ridlwan Habib/Jawa Pos
Pensiunan petinggi Sharp tersebut bekerja tanpa dibayar sebagai relawan kuil. Tugasnya mendampingi turis dari luar negeri. Selain bahasa Inggris yang fasih, Ryoichi amat fasih berbahasa Mandarin dan Prancis. ''Apa kabar?'' katanya kepada Jawa Pos.
Tampaknya, meski tak terlalu lancar, Ryoichi juga menguasai bahasa Indonesia. Sebab, dia pernah bertugas di Kuala Lumpur selama beberapa tahun. ''Mirip-mirip,'' ungkapnya menyebut bahasa Indonesia mirip bahasa Melayu yang dipakai di Malaysia.
Jika di Horyuji jimat dipesan, Todaiji juga menawarkan hal serupa. Tapi, bukan berbentuk jimat. Nama penyumbang akan diabadikan di sebuah tempat di kuil utama.
Cukup menyumbang 1.000 yen, seorang petugas kuil segera menggoreskan kuasnya di atas lempengan perunggu dan siap dipajang. ''Dana kuil memang tidak dibantu pemerintah. Mereka mengandalkan sumbangan dari dermawan dan pengunjung,'' jelasnya. (nw)
Pergi ke Jepang belum lengkap jika tidak mampir di kuil. Negeri Matahari Terbit itu punya lebih dari seribu kuil. Rata-rata berada di daerah Kansai
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu