Mengunjungi Naypyitaw, Ibu Kota Myanmar yang Misterius
Taksi Tak Berani Antar Bule dan Turis Kulit Hitam
Senin, 22 November 2010 – 08:08 WIB
Tarif tolnya cukup murah, hanya Ks 2.500 atau sekitar Rp 25 ribu. Bandingkan dengan tol Jakarta?Bandung yang jaraknya lebih pendek, tarifnya hampir Rp 100 ribu. "Selama perjalanan, juga wajib mengenakan longyi (sarung) agar turis semakin meyakinkan sebagai orang Myanmar," kata Maung Moe, pengemudi taksi yang mengantar Jawa Pos.
Tol ke Naypyitaw sangat sepi. Sedikit sekali kendaraan yang melintas. Pemandangannya juga membosankan, hanya hamparan sawah. Untuk yang sering buang air, kondisi itu agak repot. Sebab, hanya ada satu rest area di km 115. Rest area tersebut cukup besar dan bersih. Ada lima restoran besar dengan menu khas Myanmar, Thailand, Tiongkok, maupun India yang siap melayani pengunjung. Juga terdapat penginapan yang disediakan bagi pengemudi yang kelelahan.
Begitu keluar dari tol, akan ada check point. Semua kendaraan disuruh berhenti. Petugas akan memeriksa identitas pengemudi dan seluruh penumpang. Kalau tidak mau ribet, mereka bisa memberikan sejumlah uang kepada petugas dan mobil dapat melaju lagi.
Masuk ke Naypyitaw, pengunjung akan disambut dengan jalanan yang sangat lebar. Bahkan, ada jalan yang dibuat menjadi delapan lajur untuk satu arah. Siang saja, kondisinya masih sangat sepi. Sangat sedikit mobil atau motor yang melintas. Myanmar, tampaknya, memang menyiapkan Naypyitaw sebagai kota metropolitan. Jalanan yang lebar merupakan antisipasi terhadap kepadatan lalu lintas yang mungkin terjadi pada tahun-tahun mendatang.
Di Indonesia, pemindahan ibu kota masih berupa wacana. Myanmar yang kondisinya jauh tertinggal dari Indonesia sudah melakukannya lima tahun lalu.
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408