Mengunjungi Sekolah Khusus Para Anak TKI di Perbatasan

Pendiri Terima Ancaman dan Penculikan dari Mafia

Mengunjungi Sekolah Khusus Para Anak TKI di Perbatasan
Mengunjungi Sekolah Khusus Para Anak TKI di Perbatasan
Apa yang dilakukan anak itu merupakan hal yang sudah dianggap biasa. Setiap ada orang asing yang datang ke kampung itu selalu diarahkan untuk menuju bangunan sekolah. Sebab, selain menjadi tempat belajar mengajar, sekolah tersebut merupakan one stop service untuk segala urusan TKI.

Sekolah yang dikelola LSM Anak Bangsa itu juga merupakan shelter TKI bermasalah dan sekaligus tempat tinggal bagi keluarga Arsinah Sumetro, 60, pendiri LSM sekaligus salah satu tokoh di desa itu. ''Apa yang bisa saya bantu, mencari keluarga yang menjadi TKI atau Bapak dari kepolisian?'' tanya seorang wanita berusia 24 tahun. Sejurus kemudian, dia mengenalkan diri sebagai Nawarah, putri keempat Arsinah yang juga menjadi konselor di LSM tersebut.

Sekolah anak-anak TKI itu berdiri sejak 2007 dan saat ini memiliki 78 murid. Sebelumnya LSM Anak Bangsa yang didirikan pada 2001 hanya fokus pada upaya penyelamatan buruh migran yang terjebak masalah hukum, deportasi, dan korban trafficking. Termasuk mengawal upaya mereka mendapatkan kembali hak-haknya, seperti gaji yang belum dibayarkan dan atau perlindungan hukum.

Namun, dalam perkembangannya, problem anak-anak TKI juga menjadi fokus penanganan mereka. ''Mereka tidak mendapatkan akses pendidikan karena dilarang pemerintah Malaysia,'' terangnya.

Tidak mudah mewujudkan mimpi anak-anak TKI untuk mendapat pendidikan yang layak melalui Sekolah Anak Bangsa di Entikong. Sebab, para pendiri sekolah

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News