Mengunjungi Sekolah Khusus Para Anak TKI di Perbatasan
Pendiri Terima Ancaman dan Penculikan dari Mafia
Senin, 22 Juni 2009 – 06:46 WIB
Pendirian sekolah di Entikong ini pun tercapai setelah ada kesepakatan antara pemerintah Indonesia dan Malaysia. Inti kesepakatan tersebut adalah memberi kesempatan akses pendidikan, khususnya pendidikan kesetaraan seluas-luasnya bagi anak-anak TKI yang bekerja di Malaysia.
Sebagian besar anak-anak TKI itu juga membantu orang tuanya yang bekerja di perkebunan kepala sawit. ''Anak-anak TKI tidak bisa mengenyam pendidikan di sekolah kebangsaan Malaysia. Setelah ada sekolah ini, mereka bisa datang ke Entikong dan bersekolah di perbatasan,'' tuturnya.
Malaysia melarang anak-anak TKI bersekolah di sekolah kebangsaan karena sekolah itu disubsidi pemerintah Malaysia untuk warga negaranya. Di sisi lain, anak-anak TKI tidak memiliki paspor dan sengaja disembunyikan orang tua mereka agar tidak perlu membayar pajak tinggal. Pajak tinggal 360 ringgit per orang per tahun tentu cukup memberatkan TKI yang pendapatannya memang pas-pasan.
''Selain tidak memiliki surat keterangan, banyak orang tua mereka yang bekerja secara ilegal. Untuk bebas dari kejaran polisi Diraja Malaysia, mereka harus bersembunyi,'' terangnya.
Tidak mudah mewujudkan mimpi anak-anak TKI untuk mendapat pendidikan yang layak melalui Sekolah Anak Bangsa di Entikong. Sebab, para pendiri sekolah
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408