Mengunjungi Sekolah Khusus Para Anak TKI di Perbatasan
Pendiri Terima Ancaman dan Penculikan dari Mafia
Senin, 22 Juni 2009 – 06:46 WIB
Rumah seluas 400 meter persegi yang juga berfungsi sebagai sekolah itu memang sangat sederhana. Bangunannya dibagi menjadi dua. Di depan untuk sekolah dan bangunan lain di belakangnya sebagai shelter TKI dan ruang keluarga.
Di sisi bangunan yang difungsikan sebagai sekolah terdapat empat ruang. Ruang utama untuk belajar mengajar seluas 10 x 5 meter. Tiga ruang lain adalah ruang kursus yang berisi 8 unit komputer, ruang administrasi, dan ruang guru yang cukup sempit. Di dalam ruang utama terdapat sebuah rak yang berisi buku-buku pelajaran dan barang-barang hasil kerajinan tangan dan keterampilan. Tepat di samping kanan pintu masuk terdapat enam mesin jahit yang siap pakai.
Untuk masuk ke dalam semua orang diharuskan melepas alas kaki. Sebab, murid belajar di satu-satunya ruang kelas itu dengan lesehan dan menggunakan meja-meja kecil.
Saat ini ada delapan tenaga pengajar yang aktif memberikan berbagai pelajaran dan keterampilan kepada para anak TKI tersebut. ''Di sini kami memberikan porsi mengajar lebih banyak untuk keterampilan dan praktik agar ada visi menciptakan lapangan pekerjaan bukan mencari pekerjaan,'' terang wanita 24 tahun itu.
Tidak mudah mewujudkan mimpi anak-anak TKI untuk mendapat pendidikan yang layak melalui Sekolah Anak Bangsa di Entikong. Sebab, para pendiri sekolah
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408