Mengunjungi Suku Badui yang Satu Kampung Golput saat Pilpres (2-Habis)
Mirip TNI, Siap Bela Negara meski Tak Memilih
Jumat, 10 Juli 2009 – 06:18 WIB
Ayah Mursid mengatakan, ada sisi filosofis yang harus dipegang teguh oleh seluruh bangsa ini. Terutama, bagi para capres dan cawapres yang gagal dalam pilpres. Semua harus berfilosofi layaknya pohon. Menurut dia, semua pemimpin bangsa ini harus menghentikan perseteruan dan menyatukan visi. Sebab, jika pemimpin bersatu, sebuah pohon kebaikan dan ketenteraman akan tumbuh dan berdaun. ''Rakyat bisa berteduh di bawahnya dengan rasa aman dan nyaman,'' ujarnya.
Kalau yang kalah dan menang masih saling berseteru, rakyat yang akan dikorbankan. Karena itu, kata dia, jutaan rakyat tak kunjung bisa menikmati tumbuhnya negara yang aman dan nyaman akibat kepentingan politik dan kekuasaan. ''Padahal, kebutuhan untuk segera memetik buah demokrasi dan berteduh di bawah pohon bernama Indonesia ini sudah kritis,'' ujarnya serius.
Jaro Dainah mengatakan, masyarakat Badui Dalam yang sampai sekarang ini ketat mengikuti adat istiadat bukan merupakan masyarakat terasing, terpencil, ataupun masyarakat yang terisolasi dari perkembangan dunia luar. Bahkan, kata dia, berdirinya Kesultanan Banten yang secara otomatis memasukkan wilayah Badui ke dalam daerah kekuasaan mereka pun tidak lepas dari kesadaran tersebut.
Sebagai tanda pengakuan kepada penguasa, masyarakat Kanekes secara rutin melaksanakan seba. Yakni, tradisi syukuran dengan membawa hasil bumi mereka yang berlimpah ke pemimpin pendapa kabupaten. Mereka berdialog dan berdiskusi dengan pemimpin daerah. ''Karena itu, walaupun tingkat partisipasi pilpres memang tidak begitu tinggi di Badui Dalam, saya memastikan bahwa Badui akan selalu mendukung kebijakan pemerintah. Kami berharap pemerintahan terpilih tetap menjaga keaslian dan kelestarian tradisi kami sampai kapan pun,'' ujarnya. (iro)
Terlibat dalam politik merupakan hal yang tidak dianjurkan oleh adat suku Badui. Namun, tak seperti warga Badui Dalam yang memilih golput pada pilpres,
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala