Mengunjungi Suku Baduy yang Satu Kampung Golput Saat Pilpres 2009 (1)

Hafal Misi Capres, Pilih Tak Contreng demi Adat

Mengunjungi Suku Baduy yang Satu Kampung Golput Saat Pilpres 2009 (1)
Mengunjungi Suku Baduy yang Satu Kampung Golput Saat Pilpres 2009 (1)
Menjelang siang, gang-gang di sela-sela rumah warga lengang. Banyak juga pintu yang tertutup. Anak-anak kecil yang biasanya ramai bermain di hutan dan sungai juga tak terlihat lagi. ''Ada juga yang tidak pulang karena menginap di Saung di ladang. Tapi, sehari-hari memang sepisih di sini,'' ujar pria 48 tahun itu.

Suku Baduy sendiri merupakan salah satu di antara masyarakat adat yang hidup secara eksklusif di kaki pegunungan Kendeng. Secara umum, Baduy terbagi menjadi dua golongan, yakni Baduy Luar dan Baduy Dalam. Warga Baduy Luar lazim dikenali dari pakaiannya yang serbahitam dan baju adat batik warna biru dan tinggal tersebar di 56 dari total 59 kampung di wilayah perbukitan.

Tiga kampung sisa, yakni Cibeo, Cikeurta Warna, dan Cikeusik ditinggali suku Baduy Dalam. Berbeda dengan suku Baduy Luar yang lebih modern dan terbuka, Baduy Dalam cenderung hidup tertutup dan memiliki pantangan layaknya sufi. Mereka, antara lain, tidak boleh merokok, tidak boleh sekolah, menggunakan alat-alat modern, ke mana-mana harus berjalan kaki, dan berpakaian serbaputih dengan tutup kepala putih.

Suku Baduy Dalam adalah petani dan hidup dari hasil bumi tanaman mereka sendiri. Di samping itu, kampung Baduy Dalam tersebut masih memegang adat istiadat yang teguh, termasuk larangan memotret bagi para pengunjung.

Ingar-bingar pemilihan presiden (Pilpres) ternyata tak sampai ke wilayah pedalaman Indonesia. Ketika mayoritas warga negara menggunakan hak pilih

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News