Mengunjungi Xiao Yi Shen Tang, Kelenteng Terapung di Dunia (2)
Kamis, 30 Januari 2014 – 13:28 WIB
Yang menyambut kami di kelenteng istimewa itu adalah Daman, 72, dan Sarwa Dharma, 73. Dua pria sepuh itu asli orang Kalbar yang lama merantau ke Jakarta. "Tiap tahun saya pulang ke sini, sama anak cucu, untuk kunjungi pek kong," ungkap Daman.
Logat pria sepuh itu seperti stereotipe orang-orang Tionghoa di film-film. Cedal dengan bahasa Indonesia yang terbata-bata. Ketika itu, mereka dan tiga kawannya "semua sepuh" sedang menyiapkan sembahyang kirim uang untuk para dewa sesembahan mereka.
"Ini semacam nazar umat. Menjelang tahun baru, kami mengirimi dewa uang," ujar Daman.
Berkarung-karung uang-uangan kertas berbahan tisu kuning disusun dengan rapi di bak semen di sisi kanan kelenteng. Tepat pukul 00.00, uang itu akan dibakar diiringi bunyi musik. Saat menjadi api, uang itu dipercaya akan membubung tinggi menuju nirwana untuk para dewa.
Yang menyambut kami di kelenteng istimewa itu adalah Daman, 72, dan Sarwa Dharma, 73. Dua pria sepuh itu asli orang Kalbar yang lama merantau ke
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408