Mengunjungi Xiao Yi Shen Tang, Kelenteng Terapung di Dunia (2)
Kamis, 30 Januari 2014 – 13:28 WIB
Karena itu, Kelenteng Dharma Bhakti membangkitkan romantisme yang teramat dalam bagi orang-orang sepuh itu. Setiap tahun, menjelang sin cia (bulan pertama baru), mereka terbang dari Jakarta. Tanpa mengajak serta anak atau cucunya, Daman dan Sarwa mengarungi laut untuk bermeditasi bersama para dewa di tengah laut. "Kami nginap empat malam. Ini malam pertama," kata Daman.
***
Matahari sudah lenyap di cakrawala di belakang kelenteng. Langit kian gelap. Daman sedikit menggigil sambil bersedekap. "Kalau malam, dingin sekali," ujarnya. Tapi, pria itu tidak mengambil jaket. Dia masih mengenakan hem tipis dan celana pendek. Kakinya pun tetap tidak beringsut.
Saat lampu-lampu kelenteng dinyalakan dengan genset yang umurnya sama dengan kelenteng, kami pamit. Daman dan Sarwa yang begitu senang dengan kunjungan kami memberi kami sekantong besar jeruk pontianak yang manis. Buah yang sama dengan yang dipersembahkan di altar dewa-dewa.
Yang menyambut kami di kelenteng istimewa itu adalah Daman, 72, dan Sarwa Dharma, 73. Dua pria sepuh itu asli orang Kalbar yang lama merantau ke
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408