Menikah di Pengungsian, yang Penting Sah

Menikah di Pengungsian, yang Penting Sah
Pasangan I Gusti Bagus Krisna Dwipayana dan Ni Putu Anggaswari terpaksa menikah di pengungsian. Foto: ISTIMEWA

Sekitar dua jam di sana, mereka pindah ke rumah I Gusti Made Oka di Banjar Sangging, Desa Kamasan, Klungkung.

I Gusti Made Oka ini masih keluarganya. “Setelah rembug dengan keluarga, kami putuskan melanjutkan pernikahan sesuai tanggal yang sudah ditetapkan,” jelasnya.

Mereka melangsungkan pernikahan di rumah I Gusti Made Oka pada Sabtu (23/9) lalu. Namun lantaran berada di pengungsian, pernikahan dilakukan secara sederhana.

Hanya beberapa keluarganya yang menyaksikan hari bahagia bagi mempelai ini, lantara keluarganya tidak semua mengungsi di rumah tersebut.

“Saya tidak pernah lupa dengan kejadian ini. Pernikahan ini menjadi berkesan,” ujar Krisna, lalu terkekeh dari balik gagang telepon, Kamis (28/9).

Selama ini, Krisna bekerja di sebuah akomodasi pariwisata di bilangan Seminyak, Badung. Dia kos di Denpasar.

Sedangkan istrinya adalah seorang perawat. Akibat meningkatnya status Gunung Agung, keluarganya mengungsi ke Klungkung. Sedangkan dirinya tetap berada di Denpasar.

“Padahal undangan resepsi sudah disebar, tapi karena bencana, resepsi yang rencananya digelar 30 September, batal. Tapi syukurlah, meski dalam suasana bencana, acara pernikahan tetap lancar dan sah. Saya jadi plong sekarang,” tegasnya.

Malam sebelum memadik, warga dikagetkan dengan kenaikan aktivitas Gunung Agung naik ke level Awas pukul 20.30 wita.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News