Menikmati Gaya dan Orang Belanja di Kota Mode Dunia Milan

Susuri Jalan Milan Fashion Week, Lupa Putari Bull"s Ball

Menikmati Gaya dan Orang Belanja di Kota Mode Dunia Milan
Jalan Montenapoleone yang menjadi tempat berlangsungnya Milan Fashion Week pekan depan. Foto : Aryanti KR/Jawa Pos
Selain butik-butik papan atas bertebaran dan selera fashion penduduknya, Milan disebut kota mode karena punya Fiera Milano, pameran fashion terbesar di Eropa. Kota kelahiran pelukis besar Italia Leonardo Da Vinci itu adalah rumah bagi brand fashion internasional seperti Versace, Gucci, Armani, Valentino, Prada, dan anaknya, Miu Miu, Dolce & Gabbana, serta Moschino.

 

Bukan itu saja, industri fashion juga menjadi roh yang menghidupi Milan dengan 80 ribu karyawan dan 30 ribu distributor. Industri fashion di sana mempunyai kontribusi lebih dari 70 persen total gross domestic products (GDP) sebesar 300 juta euro (Rp 3,6 triliun).

 

Perjumpaan Milan dengan fashion, baju, dan industri tekstil dimulai sejak akhir abad ke-19. Awalnya, industri fashion di sana menjiplak desain fashion papan atas Paris. Namun, tak lama kemudian Milan  mengembangkan gaya sendiri. Kota yang menjadi markas tim sepak bola AC Milan itu mulai memunculkan namanya pada dekade 1970 dan 1980-an, membuatnya makin prestisius pada 1990-an, dan pada 2000-an resmi menjadi salah satu di antara big four kota fashion dunia.

 

Tentu saja, catatan keberhasilan itu tak diraih Milan dengan mudah. Sebelumnya, yang menjadi tren fashion di Italia bukan Milan, melainkan Florence. Pada 1950"1960-an, Florence masih disebut sebagai ibu kota fashion Italia dengan ciri desain Alta Moda alias haute couture.

 

Selain sepak bola, Milan dikenal karena fashion-nya. Bahkan, Milan sering disebut sebagai salah satu ibu kota fashion dunia. Berada di sana selama

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News