Menilik Eks Lokalisasi Dolly dan Jarak Setelah Lebaran
Pada 27 Juli lalu atau sehari sebelum Lebaran, pemkot memasang plang tanda kawasan Dolly-Jarak bebas prostitusi. Hal itu berujung pada kericuhan dan enam orang dibawa ke Mapolrestabes Surabaya. Empat orang di antaranya langsung ditetapkan sebagai tersangka dengan sangkaan sebagai provokator. Mereka dianggap menjadi penggerak massa yang melempari polisi dengan batu, bom molotov, dan gas air mata. Orang-orang itu merupakan pentolan yang selama ini menolak penutupan lokalisasi Dolly-Jarak.
Belakangan, lima orang lain kembali diamankan. Mereka juga ditangkap dengan dugaan serupa. Penangkapan itu berdasar pada bukti rekaman yang didapat polisi saat terjadi kerusuhan.
Setelah kericuhan itu, petugas gabungan dari Sapol PP Surabaya, polrestabes, dan TNI kembali mendatangi kawasan Dolly-Jarak pada Kamis lalu (31/7). Mereka menyisir wisma-wisma yang ditengarai akan buka lagi. Hasilnya pun cukup lumayan. Tiga orang perempuan yang mengaku sebagai PSK digerebek di sebuah wisma di Jalan Putat Jaya. Mereka adalah Jarni, 42, asal Kediri; Mariana, 45, dari Blitar; dan Nanik Ernawati, 29, asal Lumajang. Mucikari yang disebut-sebut bernama Karli masih dicari petugas.
Sejauh ini wisma di Dolly dan Jarak tidak menunjukkan gelagat untuk kembali membuka bisnis esek-esek. Padahal, beberapa hari pascadeklarasi lalu, mucikari dan PFL menyatakan akan tetap mengoperasikan lokalisasi Dolly. Memang, ada kabar bahwa sejumlah PSK mulai kembali ke Surabaya. Hanya, mereka masih tiarap. ”Beberapa PSK sudah datang ke Dolly, tapi wisma tidak jadi buka,” tambah Doni Setiawan, penjaga wisma lainnya.
Suasana di Jarak juga tidak jauh berbeda. Berdasar pantauan Jawa Pos selama dua malam terakhir, Jumat malam (1/8) dan Sabtu malam (2/8), tidak ada satu pun wisma yang buka. Perempuan-perempuan malam yang biasa nongkrong di teras wisma Jarak juga tidak terlihat.
Tutupnya sebagian besar wisma itu juga berdampak pada beberapa usaha lain. Misalnya, tempat parkir dan beberapa warung. Purwanto, salah seorang pemilik lahan parkir di Jarak, mengeluhkan sepinya pengunjung. ’’Hampir tidak ada yang parkir,” katanya.
Bila wisma benar-benar masih takut untuk buka, berbeda halnya dengan rumah karaoke di Dolly-Jarak. Beberapa lokasi karaoke sudah mulai buka. Di ujung Gang Dolly, dua tempat karaoke buka. Kedua tempat adalah Monggo Mas dan Dolly Racun Café. Dari luar, suara ingar-bingar lagu dangdut terdengar jelas.
Belasan sepeda motor memenuhi teras kafe tersebut. Kondisi di dalam karaoke juga cukup ’’hidup”. Lima belas orang berada di lokasi itu. Secara bergantian, mereka minum-minum dan berjoget. Terutama saat irama music house diperdengarkan. Tidak jarang, kaum perempuan di karaoke tersebut menunjukkan tarian yang sensual. (mas)
Keberhasilan pemkot menutup lokalisasi Dolly-Jarak bisa dilihat setelah Lebaran. Hingga H+6 Lebaran tadi malam, kawasan Dolly tetap sepi. Meski sebagian
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas