Menilik Upaya Jepang Menambah Jumlah Penduduknya
Situs informasi Jepang nippon.com yang dibuat Nippon Communication Foundation menulis, jika angka kelahiran terus seperti saat ini, diproyeksikan pada 2050 jumlah penduduk Jepang hanya 97 juta jiwa. Berkurang lebih dari 30 juta jiwa dari saat ini.
Imbas nyata terdekat karena terus berkurangnya jumlah usia produktif 15–64 tahun adalah melambatnya potensi pertumbuhan ekonomi Jepang. GDP (gross domestic product, perhitungan aktivitas perekonomian nasional sebuah negara) menurun. Daya konsumsi masyarakat rendah. Pasar lesu dan biaya standar hidup mau tidak mau ikut turun.
Dampak lainnya, pemerintah harus mengeluarkan lebih banyak dana pensiun dan biaya-biaya lain untuk kesejahteraan sosial penduduk ketimbang menerima pajak dari para usia produktif. Pemerintah juga mesti meningkatkan alokasi biaya kesehatan warga lansia karena usia harapan hidup di Jepang saat ini sangat tinggi, yaitu 86,6 tahun untuk perempuan dan 80 tahun untuk laki-laki.
Sejatinya, tren penurunan angka kelahiran juga terjadi di banyak negara, baik yang berkembang maupun yang maju. Untuk negara maju seperti AS, Prancis, dan Inggris, MHLW mencatat tingkat kelahiran sebelum 1960 adalah 2.0. Artinya, rata-rata setiap perempuan bisa memiliki dua anak. Angka itu turun dalam kurun waktu 1970–1980. Memasuki 1990, kondisinya bervariasi. Ada yang turun dan ada yang naik. Namun, tidak ada yang seserius Jepang.
Prancis malah menjadi perhatian dunia karena berhasil meningkatkan angka itu secara signifkan dari 1.6 menjadi 2.01 pada 2011. Kebijakan pemerintah Prancis terkini memang semakin mendukung penduduknya untuk punya anak. Mereka memberikan tunjangan lebih kepada keluarga dengan anak-anak. Juga, membuat aturan-aturan agar seseorang bisa menyeimbangkan antara pekerjaan dan anak. Termasuk, menyediakan banyak lokasi penitipan anak dekat perkantoran.
Jepang tentu tidak ingin masalah kependudukan itu terus menghantui. Kunci tercepat melakukan perubahan tersebut adalah meningkatkan kelahiran. PM Shinzo Abe dalam pidatonya tahun lalu tentang strategi kependudukan pada masa mendatang menyatakan bahwa pemerintahnya bertekad menekan angka menurunnya populasi. Visi mereka, jumlah penduduk tetap terjaga di kisaran 100 juta pada 2060. Untuk itu, mereka berusaha meningkatkan angka kelahiran menjadi 1.8.
Banyak hal yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan itu. Antara lain, pemerintah kini memberikan tunjangan khusus kepada keluarga yang memiliki lebih dari tiga anak. Mereka juga memberikan cuti melahirkan yang melegakan bagi para ibu bersalin. Yakni, enam minggu sebelum perkiraan kelahiran dan delapan minggu setelah kelahiran.
Setelah masa cuti itu habis, seorang ibu bisa memperpanjang cuti dengan mengambil hak cuti membesarkan anak yang periode waktunya berjalan hingga sehari sebelum anak berulang tahun yang pertama.
Berdasar data Ministry of Health, Labour, and Welfare (MHLW) Jepang pada April 2014, sebesar 25 persen warga mereka saat ini berada dalam kelompok
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala