Menimbang Belt and Road Initiative: Proyek Progresif atau Beban Ekonomi?

Oleh Putri Rakhmadhani Nur Rimbawati*

Menimbang Belt and Road Initiative: Proyek Progresif atau Beban Ekonomi?
Research fellow di ASEAN Studies Center, Universitas Gadjah Mada (UGM) Putri Rakhmadhani Nur Rimbawati. Foto: dokumentasi pribadi. Ilustrator: Sultan Amanda/JPNN.com

jpnn.com - Ketika Belt and Road Initiative atau BRI yang diprakarsai Tiongkok menjadi sorotan global, banyak perdebatan dan kontroversi mengenai dampak sebenarnya dari program ambisius tersebut.

Buku The Reality and Myth of BRI’s Debt Trap, Evidences from Asia and Africa yang disunting oleh Nian Peng dan Ming Yu Cheng dan diterbitkan oleh Springer Nature pada tahun 2024 pun menjadi upaya penting untuk menyibak tabir beragam narasi yang melingkupi BRI, terutama terkait dengan hal yang disebut sebagai "jebakan utang".

Menariknya, bagi Indonesia, buku itu menawarkan wawasan berharga untuk merespons dinamika yang terus berkembang dalam politik domestik dan posisi internasionalnya.

Pendekatan Menyeluruh Melalui Studi Kasus

Buku tersebut disusun dengan hati-hati, menggabungkan berbagai studi kasus dari Asia dan Afrika, yang menjadi wilayah utama penerima proyek BRI.

Dengan pendekatan akademis yang mendalam, buku itu mencoba memberikan gambaran komprehensif mengenai dampak BRI terhadap negara-negara penerima.

Setiap bab ditulis oleh pakar yang memiliki kredensial akademik dan pengalaman lapangan, menawarkan analisis yang tajam dan berbasis data.

Salah satu kekuatan buku itu adalah diversitas perspektif yang ditawarkan oleh para kontributornya.

Ketika Belt and Road Initiative atau BRI yang diinisiasi oleh Tiongkok menjadi sorotan global, banyak perdebatan dan kontroversi mengenai dampak sebenarnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News