Menimbang Kisah Ubuntu untuk Rekonsiliasi Politik di Masa Lalu

Oleh: Agus Widjajanto - Praktisi Hukum dan Pengamat Pemerhati Sosial Budaya

Menimbang Kisah Ubuntu untuk Rekonsiliasi Politik di Masa Lalu
Praktisi hukum Agus Widjojanto. Foto: Dokumentasi pribadi

Hal ini untuk menyongsong mentari dari ufuk timur seperti dalam lagu di timur matahari.

Hanya dengan keberanian, kebijaksanaan dan menjunjung tinggi harkat martabat (mendem jero, mikul duwur) maka bangsa ini bisa melakukan tinggal landas menuju Indonesia Emas.

Semoga Indonesia juga meniru dan terilhami perjuangan dari Uskup Agung (Emeritus) Desmond Mpilo Tutu, dimana hanya dengan pendekatan Rekonsiliasi dan nonkekerasan yang bisa menyelesaikan berbagai persoalan kemanusiaan termasuk memutus tali dendam yang berkepanjangan dari sesama anak bangsa atas politik pada pemimpin masa lalu.

Statement Desmond Tutu yang termasyur dimana beliau menyatakan : "No Future without forgiveness" - Tidak ada masa depan tanpa saling memaafkan (di antara sesama anak bangsa).

UBUNTU aku adalah kita, jangan lagi kalian pecah belah kami dengan slogan dan cara-cara politik kotor dan dengan materi transaksional kepada kami karena aku adalah kita.

Kebersamaan dalam komunitas masyarakat berbangsa dan bernegara sebagai sesama anak bangsa.

Hanya dengan cara rekonsiliasi yang dimulai dari  memaafkan pada diri sendiri, lalu memaafkan kepada pihak yang dianggap rival dalam politik maka bangsa ini bisa jadi bangsa yang matang dan besar.

Jangan ada lagi dendam dan intrik politik dengan menggunakan kekuasaan secara hukum, mari kita rajut kembali Keindonesiaan ini menuju damai sejahtera, saling asah asih asuh, menuju Indonesia Emas tahun 2045 .

Rekonsiliasi Nasional bagi presiden yang telah purna tidak lagi menjabat diberikan harkat dan martabatnya sebagai seorang pemimpin negara ini.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News