Menimbang Sistem Proporsional Tertutup
Oleh: Girindra Sandino – Sekjen Liga Literasi Nasional

Oleh karena itu, dalam kampanye pemilu, mereka akan mengampanyekan visi, misi, dan program partai.
Lain halnya jika sistem proporsional daftar terbuka. Mereka akan bersaing sendiri sesama caleg dalam satu partai sehingga terkadang jauh dari mengampanyekan ideologi partainya.
Adapun kelemahan sistem proporsional terbuka adalah peluang terjadi politik uang lebih besar akan memobilisasi pemilih.
Untuk menepis oligarki parpol dalam hal perekrutan calon legislator dalam sistem daftar proporsional tertutup maka parpol peserta pemilu harus menerapkan mekanisme internal secara demokratis masing-masing misalnya menggelar kongres.
Namun demikian, dalam setiap pemilu kita harus menjunjung tinggi standar Pemilu yang demokratis.
Adalah hak bagi setiap parpol untuk mendapatkan keadilan elektoral.
Namun, dalam riset dan Survei Liga Literasi Nasional, mencatat bahwa dalam sistem proporsional terbuka dengan suara terbanyak, parpol baik parpol gurem dan menengah tidak akan mampu membangun parpol yang mapan. Hal ini antara lain dipengaruhi oleh minimnya dukungan finansial.
Hasil kajian Liga Literasi Nasional mencatat parpol papan atas bisa jeblok seperti Partai Demokrat kalau manajemen parpol bermasalah. Hal ini juga dapat menjadi alarm bagi PDI Perjuangan sebagai partai pemenang Pemilu 2014 dan Pemilu 2019.
Sekjen Liga Literasi Nasional Girindra Sandino memberikan catatan terkait wacana pemberlakuan kembali sistem proporsional tertutup pada Pemilu 2024. Simak.
- Setuju Ambang Batas Parlemen 4 Persen Dihapus, Eddy Soeparno: Bentuk Keadilan Demokrasi
- Biaya Pemilihan di 2024 Membengkak, Perlu Evaluasi Sistem Pemilu
- Rommy Minta Pengurus Partai Tobat, Wasekjen PPP Bereaksi Begini
- Hadiri HUT ke-60 Golkar, Bamsoet Apresiasi Prabowo Dukung Perubahan Sistem Demokrasi
- Mardiono: Kader PPP Menyalahkan Kekurangan Logistik Pas Kalah Pemilu 2024
- Menjelang Pelantikan Prabowo-Gibran, MUI Keluarkan 3 Seruan Penting