Meningkatkan Kualitas Akses Energi di Indonesia dengan Tenaga Surya
Misalnya, dana desa, iuran swadaya masyarakat, dan program-program corporate social responsibility (CSR).
Edukasi publik untuk pengembangan PLTS juga perlu mendapatkan perhatian serius.
Minimnya pengetahuan publik atas informasi energi yang berkelanjutan ini tentunya akan berbanding lurus dengan permintaan, sehingga diperlukan upaya edukasi melalui berbagai medium dengan bahasa yang mudah dipahami.
“Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Koaksi Indonesia tahun 2019 diketahui bahwa 64% responden pernah melihat teknologi energi terbarukan, namun tidak merasa relevan dengan kehidupan sehari-hari,” kata Fitrianti Sofyan, Manajer Komunikasi dan Kampanye Koaksi Indonesia.
Rahmi Handayani, Vice President Penjualan PT PLN (Persero) menjelaskan kenaikan pelanggan PLTS atap menjadi cerminan minat masyarakat menggunakan energi surya.
Dari 2018—2024 jumlah pelanggan PLTS atap naik 15 kali, dari 609 menjadi 9.324 pelanggan.
Secara kapasitas juga naik dari 2 MWp pada 2018 menjadi 197 MWp pada tahun 2024, atau naik sebanyak 98 kali.
"Minat masyarakat pada PLTS atap tinggi juga. Terlihat dari kuota PLTS atap pada Juli 2024 yang terjual sebanyak 88 persen atau 901 MWp," kata Rahmi.
Pembangkit berbasis energi terbarukan seperti tenaga surya menjadi pilihan potensial untuk memperkuat akses di Indonesia
- AESI dan UNDP Dorong Percepatan Pengembangan Infrastruktur Energi Surya
- Ketum API Sebut Panas Bumi Berpotensi Besar Sebagai Sumber Energi Terbarukan
- Dukung Komitmen Transisi Energi, Pertamina Hulu Rokan Manfaatkan PLTS untuk Operasional
- PLN Indonesia Power Kebut Pembangunan PLTS 500 MW di 5 Lokasi
- Dukung Pengelolaan Sampah Lebih Baik, Pertamina Hadirkan PLTS di TPS3R Desa Kedonganan
- PT Shan Hai Map Bakal Perkenalkan Teknologi Energi Surya di IREIS 2023