Meninjau Layanan Pendidikan Anak-Anak WNI di Davao, Filipina (1)
Bangga 31 Tahun Jadi Guru Honorer di Sekolah Indonesia
Rabu, 28 November 2012 – 00:28 WIB
Kiprah Dedal dimulai sebagai guru bahasa Indonesia. Sampai sekarang, 31 tahun kemudian, pun dia tetap mengajar bahasa Indonesia. Hanya, dia mengaku, menjadi guru bahasa Indonesia di Davao tidak semudah guru bahasa Indonesia di kampung halaman.
Menurut dia, bahasa yang dikuasai anak-anak WNI yang menetap di Filipina benar-benar berbeda dari bahasa Indonesia. Mereka rata-rata menggunakan bahasa Tagalog untuk komunikasi sehari-hari. Mereka membutuhkan waktu enam bulan untuk sekadar mengenal dasar-dasar bahasa Indonesia.
Dedal pun harus bekerja dua kali untuk mengajari siswa berbahasa Indonesia. Dia mesti lebih dulu menerjemahkan buku pelajaran bahasa Indonesia yang dipakai ke bahasa Tagalog sebelum mengajarkannya. Setelah itu, dengan perlahan dia mengubah ucapan Tagalog para siswa ke bahasa Indonesia.
"Benar-benar pekerjaan yang butuh ketelatenan. Tetapi, saya enjoy. Buktinya, saya tetap mau mengajar mereka meski diupah honorarium," paparnya.
Nasib guru honorer yang memprihatinkan ternyata juga dialami guru-guru tidak tetap yang mengabdi di luar negeri. Salah satunya adalah Agustina Dedal
BERITA TERKAIT
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara