Meninjau Layanan Pendidikan Anak-Anak WNI di Filipina (2-Habis)

Dirikan SMP Terbuka agar Siswa Tahu Nenek Moyang

Meninjau Layanan Pendidikan Anak-Anak WNI di Filipina (2-Habis)
Daini Wirasti (berkerudung) mengajari bahasa Indonesia pada anak WNI di Tupi, Mindanao Selatan, Filipina. Foto: M Hilmi Setiawan/Jawa Pos
Menurut Juadiong, anggota polisi Filipina, kawasan Tupi cukup dekat dengan basis MILF. Karena itu, perlu penjagaan ekstra untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. "Kami tidak ingin ambil risiko, meski di kawasan ini juga dekat markas militer Filipina," ujar Juadiong.

 

Sepanjang perjalanan dari Bandara General Santos City menuju lokasi SMP Terbuka Tupi, jalan mulus. Dalam jarak tertentu, terdapat pos militer dengan personel yang berjaga-jaga dengan senjata lengkap. Iring-iringan rombongan menarik perhatian warga di pinggir jalan.

 

Suasana berubah cair begitu sampai di lokasi peresmian. Rombongan menteri disambut tarian kuda lumping. Meski seni tradisi itu cukup ngetop di Indonesia, tak banyak WNI di Tupi yang mengenal sebelumnya. Jadi, mereka tampak heran melihat tarian dengan iringan musik gamelan tersebut.

 

Kondisi bangunan SMP Terbuka Tupi yang diresmikan M. Nuh amat sederhana. Luasnya sekitar 4 x 8 meter. Sebagian dindingnya tembok, sebagian lainnya masih terbuat dari anyaman bambu (gedhek). Atapnya dibuat dari seng. Karena itu, bila matahari menyengat, ruang kelas di bawahnya jadi gerah.

 

Anak-anak WNI di Tupi, Mindanao Selatan, Filipina, terpaksa belajar di sekolah milik pemerintah setempat. Akibatnya, mereka semakin tidak mengenal

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News