Menjadi Aneh di Hussainiah
Oleh Dahlan Iskan
Sabtu, 09 Juni 2018 – 11:00 WIB
“Kita akan salat Isya,” bisiknya.
Oh… Syiah beneran. Salat Isya-nya digabung dengan Magrib. Seperti Zuhurnya digabung dengan Asar.
Selesai semua itu: makan. Di ruang sebelah. Ada sembilan jenis makanan.
Enak-enak semua: kelihatannya. Saya hanya ambil nasi kuning, irisan daging dan spagetti. Duduk di lantai. Gaya Arab.
Saya pilih posisi di dekat sang imam. Yang suduk di atas kursi. ”Sini. Duduk sebelah saya sini,” ujar sang imam pada saya.
Sambil menepuk kursi kosong di sebelahnya. ”La. Anna fi hunna. Hakadza,” kata saya sambil bersila di bawah posisinya.
Saya manfaatkan kedekatan posisi itu untuk bertanya. ”Jam berapa nanti salat Tarawih-nya?” tanya saya.
Maksud saya: kan salat Isya-nya sudah. ”Di masjid ini tidak ada Tarawih,” jawabnya.
Setelah dua kalimah syahadat itu: ada kumandangan apresiasi untuk Sayidina Ali. Lalu dilanjutkan dengan seruan untuk salat. Dan seterusnya.
BERITA TERKAIT