Menjaga Sjahrir, Menjaga Realisme

Menjaga Sjahrir, Menjaga Realisme
Menjaga Sjahrir, Menjaga Realisme
Memang, pertumbuhan di Indonesia hanya dimungkinkan jika membuka pintu terhadap modal asing. Namun kontrol negara dan parlemen multak diperlukan agar investasi itu juga berguna bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sayang, kontrol itu yang kerap luput sehingga kasus Freeport bisa kaya raya di tengah kemiskinan penduduk Papua, seperti juga terjadi di Aceh, Riau dan lainnya.

Harus dikatakan, bahwa realisme dari Sjahrir (dan Hatta) itu masih relevan. Meskipun masalah yang dihadapi bangsa ini di masa Sjahrir sudah berbeda dengan apa yang kita hadapi di masa ini, tetapi realisme pada dasarnya adalah penghargaan kepada rasionalitas. Bukan sekedar sentimen yang anti-antian atau pro-proan belaka terhadap soal apapun yang sedang dihadapi bangsa ini.

Saya kira dalam hal follow up kasus Century, kita pun harus berpijak pada rasionalitas. Ke arah mana melangkah? Tetap politik-politikan, misalnya, pemakzulan versus reshuffle, atau kembali fokus kepada ekonomi bangsa? Saya kira yang terakhir ini lebih rasional dan kloplah dengan kehendak kita menjaga Bung Syahrir (juga Bung Karno dan Bung Hatta) dan Menjaga Realisme. ***
Berita Selanjutnya:
Kerbau Itu Ikon Demokrasi

KEMENAKANNYA, penyair Chairil Anwar mencantumkan nama Bung Sjahrir bersama Bung Karno dan Bung Hatta dalam sajak "Krawang-Bekasi." Sjahrir


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News