Menjejak Tanah Pulau Haruku yang Disebut Markas Gerakan RMS
Miskin Infrastruktur, Lebih Segan pada Guru dan Dokter
Jumat, 05 Juli 2013 – 06:04 WIB
"Kalau bensin di sini Rp 8 ribu per liter. (Itu saat bensin masih Rp 4.500 per liter)," ungkap lelaki bertopi putih.
Rasa tegang di hati pengendara motor mulai terasa. Saat melewati hutan cengkeh yang lebat. Motor dipacu lebih cepat. Menerobos kekhawatiran di bentangan hutan cengkeh yang sunyi sepi.
"Tidak ada orang jahat. Tapi lebih baik berhati-hati," jelas Joseph sambil senyum tanpa makna.
Jawaban Joseph itu memperkuat asumsi kalau situasi tegang sering terjadi di Pulau Haruku. Terlebih pulau ini menjadi daerah terakhir bagi gerakan separatisme Republik Maluku Selatan (RMS). Sebuah gerakan yang telah muncul sejak 1950.
MISKIN dan tertinggal. Kesan nyata yang terlihat saat menjejaki Pulau Haruku, Maluku Tengah. Pulau terpencil yang sebagian pemudanya dijebloskan
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408