Menjejak Tanah Pulau Haruku yang Disebut Markas Gerakan RMS

Miskin Infrastruktur, Lebih Segan pada Guru dan Dokter

Menjejak Tanah Pulau Haruku yang Disebut Markas Gerakan RMS
Menjejak Tanah Pulau Haruku yang Disebut Markas Gerakan RMS
Tokoh adat Aboru yang sudah berusia 70 tahunan ini mengaku banyak kegetiran yang dialami warga. Ketidakadilan ekonomi yang begitu membedakan kondisi Aboru dan daerah lain di Jakarta. Kegetiran itu mendorong sejumlah anak muda di Haruku menghadapi persoalan serius. Mereka ditahan pemerintah karena terbukti terlibat pada gerakan RMS.

"Memang ada di antara kami yang menjadi anggota RMS. Tapi itu bukanlah pemberontakan. Mereka hanya protes keadilan," terangnya.

Jika boleh melihat sikap protes itu, dia meminta pemerintah Indonesia bisa membebaskan kembali pemuda Haruku. Lepaskan pemuda itu dari tuntutan hukum dan biarkan pulang ke tanah air, Haruku. "Mereka itu bukan pemberontak. Mereka hanya anak muda yang ingin sampaikan aspirasi saja," pintanya.

Dia mengatakan warga Aboru dan pulau Haruku secara utuh tak pernah berniat memerdekan diri. Membentuk negara yang tidak menjadi bagian dari Indonesia. Semua warga Haruku menyatakan diri sebagai bagian Indonesia Raya.

MISKIN dan tertinggal. Kesan nyata yang terlihat saat menjejaki Pulau Haruku, Maluku Tengah. Pulau terpencil yang sebagian pemudanya dijebloskan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News