Menjelang Natal, Minyak Tanah Langka
Jumat, 02 Desember 2011 – 10:24 WIB
SULUT--Kelangkaan minyak tanah yang terjadi, membuat warga Sulut ketar-ketir. Pasalnya, sudah berpulu-puluh tahun lamanya warga sangat bergantung pada produksi Pertamina yang satu ini. Di Sulut sendiri, minyak tanah bukan hanya dijadikan alat untuk memasak, tetapi minyak tanah juga masih dijadikan obat oleh sebagian warga Sulut.
Direktur Eksekutif Swara Parangpuan Sulut Vivi George mengatakan tidak bisa dipungkiri bahwa korban pertama dari sikap pemerintah ini adalah perempuan. “Para ibu yang seharusnya sudah bisa memasak dan menjaga di rumah, justru disibukkan dengan antrian minyak tanah berjam-jam yang mengakibatkan pekerjaan mereka yang lain berantakan. Bukan itu saja, berapa banyak kaum ibu yang harus membawa anak balita ketika mengantri minyak tanah berjam-jam,” tukasnya.
Ditambahkannya, umat Kristiani yang akan segera merayakan Natal juga merasa was-was karena banyak kue pesanan untuk persediaan Natal yang belum bisa mereka selesaikan. “Banyak pengaduan yang masuk di kantor kami berkaitan dengan masalah ini. Mereka bingung apakah harus mengembalikan uang para pemesan atau tetap menyelesaikannya dengan konsekwensi, rugi besar,” ujarnya.
Sementara itu seorang pengusaha kue paket Natal Ny.Rina, warga Kairagi ini mengatakan dirinya bingung dengan keadaan yang terjadi, pasalnya Rina harus segera menyelesaikan paket kue Natal yang di pesan pelanggannya sementara minyak tanah yang dicari sulit ia temukan.
SULUT--Kelangkaan minyak tanah yang terjadi, membuat warga Sulut ketar-ketir. Pasalnya, sudah berpulu-puluh tahun lamanya warga sangat bergantung
BERITA TERKAIT
- Pupuk Kaltim Kembali Raih Predikat Platinum di Ajang ASSRAT 2024
- Pegadaian Gelar Media Awards 2024, Puluhan Jurnalis Raih Penghargaan
- Pertamina Regional Indonesia Timur Raih Penghargaan Internasional Best Practice GCSA 2024
- Mendes Yandri Susanto Sebut BUMDes Penting Cegah Efek Negatif Urbanisasi Bagi Desa
- Sertifikasi Halal Lindungi UMK dari Serbuan Produk Luar Negeri
- Kebijakan Perdagangan Karbon Indonesia di COP 29 Dinilai Bermasalah