Menjelang Pertemuan Biden & Xi di Bali, AS Malah Bikin China Sewot
jpnn.com, BEIJING - Pemerintah Amerika Serikat kembali membuat China sewot menjelang pertemuan bersejarah Joe Biden dan Xi Jinping di Bali pada Senin pekan depan.
Jubir Kemlu China Zhao Lijian kemarin, Jumat (11/11), mengecam rencana AS membocorkan isi pembicaraan kedua presiden kepada Taiwan.
Dia menyebut tindakan itu pelanggaran serius terhadap prinsip Satu China yang telah disepakati oleh Washington.
"Ini sangat buruk. China dengan tegas menentangnya," kata Zhao dalam jumpa pers di Beijing.
Hubungan antara China dan Amerika Serikat berada pada kondisi terburuk dalam beberapa dekade, tegang karena berbagai masalah termasuk perdagangan dan teknologi, hak asasi manusia dan Taiwan, pulau demokrasi dengan pemerintahan sendiri yang diklaim Beijing sebagai wilayahnya. Taiwan menolak klaim kedaulatan Beijing.
Penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengumumkan rencana untuk memberi tahu Taiwan pada Kamis lalu. Menurutnya, tindakan itu dimaksudkan untuk menjaga kepercayaan Taiwan dan menegaskan dukungan AS kepada otoritas di Taipei.
Pertemuan yang dijadwalkan berlangsung di sela-sela KTT G20 itu akan menjadi pertama kalinya mereka bertatap muka langsung sejak Biden dilantik jadi presiden ke-46 Amerika Serikat.
Beberapa analis mengatakan bahwa kedua belah pihak dapat menggunakan pembicaraan untuk mengklarifikasi "garis merah" masing-masing, mengidentifikasi bidang kerja sama dan untuk menstabilkan hubungan, tetapi kemajuan yang signifikan tidak mungkin terjadi.
Hubungan AS - China justru memanas jelang pertemuan bersejarah Joe Biden dan Xi Jinping di Bali pekan depan. Apa pemicunya?
- Menteri Rosan Sebut Tiongkok Berinvestasi Rp 120 Triliun untuk Indonesia
- Menhub Tinjau Kesiapan Puncak Arus Balik Nataru di Pelabuhan Ketapang
- Mantan Presiden Amerika Meninggal Dunia, Palestina Ikut Berduka
- CDC: Kasus Norovirus di Amerika Serikat Terus Meningkat Tajam
- Ringgo Agus Rahman Sebut Libur Akhir Tahun Jadi Liburan Termahal
- Mahasiswa Asing Diminta Kembali ke Amerika Sebelum Pelantikan Donald Trump, Ada Apa?