Menjenguk Bu Ani

Oleh Dahlan Iskan

Menjenguk Bu Ani
Foto: disway.id

"Kalau ternyata belum akan dibuat keputusan baru. Apakah diteruskan ke tahap tiga atau ditempuh jalan yang lain lagi," ujar beliau.

Donor untuk sumsumnya sendiri sudah tersedia. Setelah dicari ke seluruh dunia ternyata yang paling cocok adalah adiknya sendiri: Jenderal (Purn) Eddy Pramono.

"Dari delapan parameter kecocokan semuanya cocok," ujar beliau. "Alhamdulillahhhh...," celetuk istri saya agak keras. Sambil setengah menangis terharu.

Disyaratkan pula kondisi kesehatan pendonor juga harus prima. Tidak boleh mengandung suatu penyakit.

"Setelah diperiksa, Pak Eddy sehat sekali. Sehat semua," kata beliau.

Beliau menceritakan, kondisi Bu Ani dalam semangat tinggi untuk sembuh. "Biar bisa seperti Pak Dahlan ini," ujar beliau. "Kesembuhan Pak Dahlan dan kedatangannya ini bisa menjadi pendorong yang besar," tambah beliau.

Saya jadi ingat. Empat hari setelah saya menjalani transplantasi hati pada 2006 lalu, Pak SBY menelepon saya. Waktu itu Pak SBY lagi di Surabaya. Berbicara di depan forum redaktur koran yang saya pimpin.

Saat itulah pembicaraan telpon dengan beliau diproyeksikan ke layar lebar. Di depan forum. Di rumah sakit, saya juga bisa melihat beliau sedang bersama redaktur kami.

Tidak terbayangkan seorang mantan presiden negara sebesar Indonesia tidur seperti itu. Demi Bu Ani-nya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News