Menjenguk Bu Ani
Oleh Dahlan Iskan
Biarpun awalnya saya berharap beliau ada di Jakarta. Agar bisa ikut jadi penengah. Kalau terjadi apa-apa di pemilu nanti. Inilah pemilu yang paling keras.
Beliau pun lantas banyak bicara tentang pilpres. Juga bagaimana dalam sejarah masa lalu militer selalu bisa menempatkan diri secara pas. Pun kali ini.
Harapan beliau begitu. Untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi. Yang kali ini, kata beliau, dua-duanya sangat mungkin terpilih.
Tak terasa sudah hampir 50 menit kami di ruang itu. Kami pun pamit. Pak SBY masih sempat menyenangkan tamunya lagi. Diceritakanlah siapa saya. Kerja saya. Dan adanya pihak yang, ehm...saya.
Beliau pun berharap segera bisa saling kontak lagi. Kalau bisa tiga hari sebelum pemilu.
Sekali lagi saya pamit. Saya cium lama tangan beliau. Seperti biasa. Seperti kepada siapa pun yang saya anggap senior.
Istri saya kian terlihat berlinang air mata. Sambil terus berdoa untuk Bu Ani.(***)
Tidak terbayangkan seorang mantan presiden negara sebesar Indonesia tidur seperti itu. Demi Bu Ani-nya.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi