Menjual Panaitan, Pulau Surga Wisata Laut di Dekat Ibu Kota
Baru Dapat Tamu, Lemari Es dan Kompor Dijarah Nelayan
Kamis, 16 April 2009 – 06:12 WIB
Rekrutmen karyawan pun dibuka di kantor Balai Taman Nasional Ujung Kulon. Para pendaftar yang hadir mencapai 5 ribu orang. Padahal, yang dibutuhkan hanya 15 orang. Kebanyakan pelamar dari desa setempat.
Pada tahun pertama pendirian, resor tersebut langsung beroperasi. Pengunjung pertama 10 peselancar yang didatangkan dari Bali sebagai promo awal. Mereka menginap di resor tersebut seminggu penuh untuk menjajal fasilitas dan ombak kawasan Pulau Panaitan.
Tapi, order pertama resor itu rupanya order yang terakhir. Kata Agus, setelah promo itu tak ada lagi pengunjung yang datang. Para karyawan sempat bertahan beberapa bulan. Mereka masih merawat resor tersebut dan berharap pengunjung lain datang. Tapi, itu tak pernah terjadi.
Agus mengatakan, resor itu sebenarnya dibangun dengan kerja sama antara Balai Taman Nasional Ujung Kulon dan investor. Balai menyediakan tempat, sementara investor fokus pada pengelolaan dan marketing. Rupanya, kerja sama itu tak berjalan mulus. Setelah beberapa bulan tak ada pengunjung, investor kabur. Karyawan pun dibiarkan tanpa tunjangan.
Upaya menjual Pulau Panaitan di Taman Nasional Ujung Kulon menjadi contoh beratnya tantangan yang dihadapi investor dalam berinvestasi di sektor
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408