Menkeu Akui Keterlibatan Orang Dalam
Senin, 03 Mei 2010 – 13:35 WIB
JAKARTA- Kementrian Keuangan menduga modus operandi dengan memanfatkan restitusi pajak dengan modus penggunaan faktur Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang tidak berdasarkan transaksi sebenarnya (transaksi fiktif), bisa terjadi karena dukungan orang dalam di Ditjen Pajak. Sebab, tindak kriminal yang dilakukan mafia pajak itu menyangkut nilai yang sangar besar dan diduga telah berlangsung cukup lama serta bersifat struktural. "Hal tersebut telah kami ketahui sejak awal dan telah dilakukan penyelidikan oleh penyelidik internal kementrian keuangan. Sementara yang menyangkut pejabat pajak yang terlibat, sudah ditindak atau telah direkomendasikan untuk dijatuhi hukuman," tegas Sri Mulyani.
"Berbagai kasus ini sudah diteliti dan dilihat scara mendalam, karena menyangkut nilai yang sangat besar,berlangsung sejak lama dan struktural. Artinya Wajib Pajak sudah tahu polanya dan bekerjasama dengan orang Ditjen pajak. Tidak mungkin tanpa ada keterlibatan orang dalam sendiri," tegas Sri Mulyani dalam jumpa pers di Ditjen Pajak, Jakarta, Senin (03/5)
Baca Juga:
Sehubungan dengan hal tersebut, dijelaskan Sri Mulyani beberapa langkah hukum maupun korektif telah dilakukan terhadap sekitar 100 WP yang berada di Medan, Jakarta, Bandung, Surabaya dan beberapa lokasi lainnya. Beberapa kasus diduga ada kaitannya dengan kasus pemalsuan dokumen perpajakan seperti Surat Setoran Pajak (SSP) yang terungkap di Surabaya belum lama ini.
Baca Juga:
JAKARTA- Kementrian Keuangan menduga modus operandi dengan memanfatkan restitusi pajak dengan modus penggunaan faktur Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
BERITA TERKAIT
- Diperiksa, eks Ketua KPU Sebut Penyidik KPK Tanyakan Hal yang Sama Seperti 5 Tahun Lalu
- Lukman Edy: Mensos Gus Ipul Akan Buka Mukernas I DNIKS 2025
- Demo Honorer Hari Ini: PPPK Penuh Waktu Harga Mati!
- Dukung Pariwisata, Bea Cukai Bitung Fasilitasi Kedatangan Kapal Pesiar MS Noordam
- KPK Cecar Plt Dirjen Imigrasi soal Tim yang Bentuk Yasonna Terkait Harun Masiku
- Harga Gabah Anjlok di Yogyakarta, Titiek Soeharto Semprot Bulog