Menkeu Optimis Inflasi Kembali Normal September
Chatib menegaskan, bukan tidak mungkin bagi pemerintah untuk mengejar target tersebut. Namun, diperlukan upaya cukup keras untuk mewujudkan hal tersebut. " Jadi kalau mau tumbuh 6,3 persen semester II-nya harus tumbuh tinggi sekali. Rasanya memang ada risiko 6,3 persen tidak dicapai. Tapi kita mau coba kejar suapaya bisa tumbuh di atas 6 persen," katanya.
Chatib menyebutkan pertumbuhan yang rendah ini disebabkan perlambatan investasi yang tumbuhnya hanya sekitar 4,67 persen. Selain itu konsumsi rumah tangga juga dinilai masih rendah, di sekitaran 5,2 persen. Menurut dia, persoalan investasi tersebut memang butuh waktu."Kalau investment tentu ini butuh waktu, streamlining, penyerdahanaan izin kan sudah dilakukan. Tapi efeknya, yang paling immediate adalah konsumsi, konsumsi rumah tangga," imbuh dia.
Sementara itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tidak menutup mata bahwa diperlukan upaya keras untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 6,3 persen. SBY mengakui bahwa capaian pertumbuhan ekonomi kuartal II sebesar 5,81% atau semester I 2013 sebesar 5,92% telah sesuai dengan perkiraan Pemerintah. Karena itu,menurut dia, perlu dilakukan upaya-upaya khusus, sehingga target tersebut bisa tercapai.
"Saya juga dapat laporan dari BPS pertumbuhan ekonomi kita, sudah kita perkirakan sebenarnya. Namun demikian dengan hasil pertumbuhan sekarang ini, maka kita harus melakukan langkah-langkah yang tepat agar keseluruhan pertumbuhan tahun ini tidak terlalu meleset dari yang kita rencanakan," kata SBY ketika membuka sidang kabinet paripurna di Kantor Presiden, kemarin.
SBY menilai perkiraan asumsi dan ekonomi makro Indonesia pada 2014 oleh BPS perlu ditindaklanjuti dengan menyusun asumsi makro secara lebih realistis. Untuk itu, dia meminta jajaran perekonomiannya jangan pura-pura tidak tahu tentang perekonomian dunia yang berpeluang mengancam ekonomi Indonesia.
"Jadi, lebih bagus kita menyadari bahwa seluruh dunia memang ekonomi sedang susah, semua sedang drop, menurun, bahkan ada yang minus. Jangan kita pura-pura tidak tahu bahwa keadaan dunia juga berpengaruh langsung kepada ekonomi kita. Kalau kita tahu, kita menceritakan keadaan yang sebenarnya, maka dalam merumuskan asumsi dan smua perencanan pembangunan akan tepat," urainya. (Ken)
JAKARTA - Realisasi inflasi 3,29 persen sebagai akibat dari kombinasi kenaikan harga BBM bersubsidi dan kacaunya suplai pangan, tidak sepenuhnya
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Sertifikasi Halal Lindungi UMK dari Serbuan Produk Luar Negeri
- Kebijakan Perdagangan Karbon Indonesia di COP 29 Dinilai Bermasalah
- Bea Cukai Parepare Musnahkan Barang Ilegal Senilai Lebih Rp 2,25 Miliar, Terbanyak Rokok
- Anindya Bakrie: Kita Harus Dorong Investasi Asing yang Ciptakan Lapangan Kerja
- AS Optimistis Kembangkan Kerja Sama Ekonomi dengan Pemerintahan Baru
- Tali Qrope dan Selang Spring Hose Jadi Sorotan di INAMARINE 2024