Menko Airlangga Sebut Investasi Tak Memiliki Bendera, Indonesia Buka Peluang

Menko Airlangga Sebut Investasi Tak Memiliki Bendera, Indonesia Buka Peluang
Di hadapan media Jerman, Menko Airlangga sebut investasi tidak memiliki bendera, Indonesia buka peluang. Foto: Kemenko Perekonomian

Oleh karena itu, untuk nikel Indonesia belajar dari sejarah tersebut. Sebelum investasi di nikel, Indonesia mengekspor baja hanya USD2 miliar.

"Itu sekitar 2014. Namun, sekarang jumlahnya mencapai USD 26-30 miliar dalam setahun. Jadi, ini merupakan nilai tambah bagi masyarakat Indonesia,” ungkapnya.

Menko Airlangga menambahkan bahwa di masa depan nikel Indonesia juga akan berbasis energi hijau melalui pabrik peleburan yang dioperasikan dengan tenaga air, pembangkit listrik tenaga gas, atau bahkan pembangkit listrik tenaga surya.

Tentunya akan dilakukan transisi energi di Indonesia. Namun di sisi lain, Indonesia harus tetap kompetitif dengan produk yang dihasilkan, sehingga biaya menjadi hal yang krusial. Meski begitu, Green nickel dan pertambangan berkelanjutan akan terus berproses secara bertahap.

Menko Airlangga tidak menganggap pembatasan perdagangan menjadi rintangan dalam negosiasi perdagangan bebas dengan Uni Eropa.

Menurut Menko Airlangga, Indonesia berhak mengelola hasil alamnya sendiri. Pemberlakukan larangan ekspor bahan mentah yang belum diolah tentunya bertujuan agar Indonesia memiliki daya saing global.

Dengan begitu, Indonesia dapat membawa nilai tambah ke dalam negeri yang membawa keuntungan bagi rakyat Indonesia.

Terkait negosiasi dengan Uni Eropa, Menko Airlangga mengungkapkan bahwa Indonesia ingin diperlakukan secara adil. Hal ini melihat bagaimana Eropa memperlakukan Indonesia secara berbeda, misalnya dengan Vietnam dan Thailand.

Di hadapan media Jerman, Menko Airlangga sebut investasi tidak memiliki bendera, Indonesia buka peluang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News