Menteri Imigrasi Australia Bela Ucapannya Terkait Warga Keturunan Lebanon
Menteri Imigrasi Australia Peter Dutton tetap membela ucapannya bahwa menerima pendatang Muslim keturunan Lebanon di Australia merupakan kekeliruan. Dia bersikukuh bahwa yang dia sampaikan itu benar dan tidak bakal terintimidasi.
Menteri Dutton menunjuk komunitas Lebanon di Australia saat bicara di Parlemen pekan ini, dengan menyebut bahwa kebanyakan tersangka terorisme berasal dari komunitas tersebiut.
Komentar itu menyinggung komunitas Muslim keturunan Lebanon, namun Menteri Dutton mengatakan pihaknya hanya "berdiskusi apa adanya" mengenai imigrasi.
"Mayoritas warga Australia keturunan Lebanon taat hukum, pekerja keras, warga yang baik yang dinodai oleh segelintir elemen dalam komunitas mereka, yang melakukan perbuatan salah," katanya.
"Saya bicara berdasarkan fakta dan ingin memastikan agar kita bisa memiliki negara yang baik," tambahnya.
Partai Buruh menuduh Menteri Dutton melemahkan kemampuan petugas keamanan untuk bekerja sama dengan komunitas keturunan Lebanon dalam penanganan terorisme. Klaim ini telah dibantah oleh Jaksa AgungGeorge Brandis.
Menteri Dutton kini balik mengeritik Pemimpin Oposisi Bill Shorten.
"Bill Shorten bsia terus menjadi elit yang rumit di negara ini," katanya seraya menambahkan, "Dia bisa bicara secara ironis kepada rakyat, dia bisa licin dengan bahasa yang dia pakai. Saya tak akan terintimidasi."
Menteri Imigrasi Australia Peter Dutton tetap membela ucapannya bahwa menerima pendatang Muslim keturunan Lebanon di Australia merupakan kekeliruan.
- Inilah Sejumlah Kekhawatiran Para Ibu Asal Indonesia Soal Penggunaan Media Sosial di Australia
- Dunia Hari ini: Trump Bertemu Biden untuk Mempersiapkan Transisi Kekuasaan
- Dunia Hari Ini: Penerbangan dari Australia Dibatalkan Akibat Awan Panas Lewotobi
- Dunia Hari Ini: Tabrakan Beruntun Belasan Mobil di Tol Cipularang Menewaskan Satu Jiwa
- Korban Kecelakaan WHV di Australia Diketahui Sebagai Penopang Ekonomi Keluarga di Indonesia
- Trump Menang, Urusan Imigrasi jadi Kekhawatiran Warga Indonesia di Amerika Serikat