Menteri Koordinator Cukup Tiga

Menteri Koordinator Cukup Tiga
Marwah Daud Ibrahim. Foto Yusuf Said
*Apa bedanya mau dengan siap?

+Bedanya sangat jelas. Saya mau, beda dengan saya siap. Contohnya, ke toko. Karena saya yang mau ke toko, maka sayalah yang mau beli tas, mau beli segalanya. Maka saya pulalah yang harus menyiapkan segalanya untuk menutupi keinginan saya itu. Tapi kalau saya disuruh oleh siapa saja, atau misalnya orang tua saya untuk ke toko, maka berapapun yang saya akan beli di sana, tentu tidak sulit karena semuanya sudah disiapkan. Saya hanya diminta kesiapan membeli semua itu. Disitulah bedanya. Sama juga jika saya mengatakan saya mau terbangkan pesawat. Tapi, pertanyaannya, apakah saya siap? Belum tentu, karena saya tidak pernah diajari untuk menerbangkan pesawat. Inilah filosofi kesiapan saya maju jadi capres. Kalau soal mau, atau tidak, jangankan jadi presiden, jadi camat saja mungkin saya tidak mau. Tapi kalau ditanya apakah saya siap jadi camat, maka jangankan camat, jadi presiden saja saya siap. Begitu yang bisa saya sebut garis takdir yang menurut juga saya juga dialami oleh Obama.

*Realitas politk tidak bisa dinafikan. Bisa Ibu gambarkan, kekuatan politik apa yang berada di balik keputusan Ibu siap menjadi Capres?

+Rakyat. Rakyat berada di belakang saya. Sebenarnya, persiapan launching Capres saya, tidak begitu sempurna. Dirancang selama tiga minggu setelah sebelumnya dibahas di Menara Kadin, dalam pertemuan dengan Dewan Integritas Bangsa. (DIB). Rencananya hanya launching tiga kegiatan saya yaitu Nusantara Jaya 2045, Pelatihan Mengelola Hidup Menata Masa Depan (MHMMD), dan Perhimpunan Masyarakat Desa. Tapi kemudian, beberapa tokoh yang diantaranya anak muda yang berasal dari delapan OKP berbagai agama, setuju dan sepakat bersama seniornya untuk mencari siapa yang bisa bertanggungjawab. Mereka pun menyebutkan saya adalah salah satu yang diharapkan mewakili mereka. Akhirnya, jadilah. Terkait tanggal, tiba-tiba saja ditetapkan 5 November yang ternyata bertepatan dengan pilpres Amerika. Syukurlah ternyata sangat dimudahkan Tuhan. Ini  luar biasa.

*Apakah cukup dengan kekuatan itu?

+Sekali lagi, rakyat ada di belakang saya. Dan, jangan lupa, Barrack Obama terpilih menjadi Presiden Amerika, yang kebetulan bertepatan dengan tanggal deklarasi saya, sepertinya juga menang karena kekuatan itu. Ada canda, bahwa presiden Amerika yang terpilih adalah orang Amerika yang pernah tinggal di Ibukota jakarta. Sebaliknya, saya juga disebut sebagai salah satu calon yang pernah tinggal di Ibukota Amerika, (Washington DC). Meskipun ini kebetulan, tapi kadang-kadang kita memang harus cerdik untuk membaca tanda-tanda zaman. Saya banyak mengalami kejutan hidup yang menandakan saya memang banyak diberikan kelebihan nikmat oleh Allah. Misalnya, ternyata sekarang saya sudah mencapai tujuh belasan tahun di DPR. Saya yang dilahirkan di desa kecil, tapi berhasil sekolah di Ibukotanya Amerika. Ini mungkin semuanya agar supaya saya bisa melihat dengan lebih jelas jalan menuju kepemimpinan. Belum lagi, saya yang perempuan, tapi ternyata bisa hidup di dunia laki-laki. Inilah yang saya syukuri dan mudah-mudahan selanjutnya yang terbaik diberikan oleh Allah.

PANGGUNG politik menjelang pilpres 2009 mendatang semakin semarak. Sejumlah tokoh dari berbagai kalangan bermunculan. Dari yang mengklaim diri generasi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News