Menteri Koordinator Cukup Tiga
Sabtu, 08 November 2008 – 22:33 WIB
*Tujuh belasan tahun mendapat kesempatan duduk di legislatif cukup menyenangkan. Apa saja yang sudah Anda berikan untuk Bangsa selama itu?
+Saya ikut andil dalam memasukkan kuota perempuan 30 persen dalam UU politik. Realita yang mengemuka bukan hanya di Indonesia, tapi seluruh dunia. Saya sempat mengikuti pembahasan masalah ini di New York dan Moskow. Menurut saya, sebaiknya ini bukan hanya di pusat, tapi juga harus terimplementasi di daerah. Karena terbukti, negara dengan kehadiran parlemen perempuan yang lebih banyak, juga cukup makmur dan lebih menyeimbangkan keberpihakan regulasi terhadap perempuan. Saya tidak perlu menyebut menyeluruhnya. Tapi yang saya perlu tegaskan, sebenarnya jabatan politik itu hanya biasa-biasa saja di mata saya. Malah sebaliknya, yang sangat saya banggakan adalah jabatan saya sebagai manusia. Saya merasa paling terhormat sebagai manusia. Dan, ketika kita menjalankan tugas kemanusiaan kita dengan baik, maka selalu saja bisa memberikan kontribusi pada peradaban. Contohnya, lihat perbedaan antara Margareth Teacher dengan Bunda Theresia. Keduanya hidup di zaman yang sama, namun menjalankan tugasnya yang berbeda. Bunda Theresia mengurusi anak kusta di pinggir Calcuta, sementara Margareth Teacher mengurusi kepala negara. Jadi saya pikir sama saja.
*Sebenarnya, harapan apa yang ingin Anda tawarkan kepada Indonesia melalui kesiapan maju sebagai Capres?
+Saya juga sudah melaunching program Nusantara Jaya 2045. Ini adalah gagasan visi di mana saya meyakini betul, jika kita sanggup menyatukan visi, maka bangsa ini bisa bangkit. Saya memetik pelajaran berharga dari Korea. Saya bertanya pada sejumlah pimpinan Korea, terkait sebab kemajuan pesat yang mereka alami atau kemakmuran. Salah satu jawaban itu bahwa mereka harus memiliki satu leadership yang kuat. Leadership yang bisa dari militer atau sipil, perempuan atau laki-laki, senior atau junior. Namun, harus punya visi jauh ke depan, sangat fokus, dan semakin hari-semakin mampu mengikat kebersamaan bangsa menuju visi itu. Dulu, seperti Bung karno. Awalnya, hanya keinginan bahwa negara ini harus merdeka. Sama dengan Mahathir yang mengantar Malaysia dengan visi Malaysia 2020.
Memang saya menilai Indonesia bisa bangkit menyangga peradaban dunia pada 2045. Banyak yang mengatakan mengapa terlalu jauh, saya jawab tentu saja lama karena yang mau dibangun ini adalah peradaban yang lahir dari generasi yang kuat dan sudah disiapkan sejak dini. Bukan hanya kekuatan politik belaka.
PANGGUNG politik menjelang pilpres 2009 mendatang semakin semarak. Sejumlah tokoh dari berbagai kalangan bermunculan. Dari yang mengklaim diri generasi
BERITA TERKAIT
- Perbedaan Data Kerugian Lingkungan Kasus Korupsi Timah Sorot Perhatian di Persidangan
- Mobil Sukarelawan Andika-Hendi Tabrak Pohon di Semarang, 2 Orang Masuk RS
- Kecelakaan di Tol Cipularang, Sopir Truk Trailer Tersangka
- Sikap Ahli di Sidang Kasus Timah Tidak Etis, Perhitungan Kerugian Negara Diragukan
- Rayakan HUT ke-24, Epson Berkomitmen Berikan Dampak Positif Bagi Masyarakat Indonesia
- Ahmad Muzani Ingatkan Warga Jaga Persatuan & Kesatuan Menjelang Pilkada 2024