Menteri Koordinator Cukup Tiga

Menteri Koordinator Cukup Tiga
Marwah Daud Ibrahim. Foto Yusuf Said
Semua harus bisa melihat potensi. Makanya saya mencoba melakukan pelatihan sosial mengelola hidup merencanakan masa depan. Program ini, memberdayakan mulai dari desa. Karena saya melihat memang Indonesia ini harus bangkit dari desa. Kami mencoba memberikan cara bagaimana melihat dan menggali potensi mulai dari tingkat desa. Kalau kakao yah kakao, kalau perkebunan yah kebun. Pendekatan juga penting. Di sektor ekonomi misalnya, perlunya pendekatan yang tidak membenturkan pengusaha kecil, menengah dan besar. Sebaliknya, kita menyatukan atau mensinergi positifkan. Misalnya sekarang, mie instan produksi Indo food saja mencapai 15 miliar bungkus pertahun. Kalau harganya seribu, itu sudah 15 triliun. Meskipun yang punya adalah publik juga, tapi untungnya kadang berputar di kalangan teman-teman kita yang belum tentu petani. Nah, ternyata hampir semua tepungnya terigunya impor. Kita sibuk mengkonsumsi produk impor yang menyebabkan rakyat kita banyak yang nganggur. Ini yang kita mau ubah. Kalau misalnya kita mengganti tepungnya dengan tepung lokal minimal 50 persennya, itu bisa mengahsilkan sekitar Rp5 triliun, plus sedemikian banyak lahan tidur yang bisa terbangunkan. Belum lagi, berapa orang yang bisa dipekerjakan. Ini contoh yang hanya bisa dijalankan jika tiga hal tadi itu bisa bersinergi. Kalau perlu dibuatkan UU agar semua produk mie instan itu juga memiliki sertifikasi menggunakan 50 persen tepung lokal, sifatnya seperti sertifikasi halal yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia. kalau menolak, tidak berhak diedarkan di Indonesia.

Apalagi saat ini kita sudah menggandeng penemu enzim untuk campuran tepung singkong agar menjadi tepung terigu yang sangat mirip sifatnya. Untuk singkongnya bisa ditanam di sepanjang Jawa bagian Selatan yang kering, juga dicoba di Papua.

Bicara soal visi pemerintahan dan kekuatan kabinet, apa gagasan Anda?

Ini juga penting. Dewan Integrits Bangsa (DIB) dimana saya ikut serta dalam konvensi calon presiden, mempertanyakan bagaimana wakil yang saya siapkan, dan bagimana susunan kabinet. Sederhana saja. Susunan kabinet saya hanya ada tiga Menteri Koordinator. Mereka adalah Menko Pengembangan Sumber Daya Manusia, Menko Pengelolaan SDA, dan yang ketiga Menko Pengembangan Sumber Daya Pendukung. Nanti selanjutnya tinggal menyesuaikan yang masuk di dalam Menko SDM itu antara lain kesehatan, pendidikan, sosial, atau agama. Kalau menko SDA antara lain peternakan, perikanan, kelautan, perkebunan. Kalau menko Pendukung, yang masuk keuangan, transportasi perhubungan, komunikasi, PU. Semua ini sangar logis. Contohnya, jika ada wilayah yang mengatakan mau pabrik, berarti butuh modal masuklah keuangan, butuh lahan masuklah pertanahan. Begitu lah sinergitas. Yang sekarang terjadi semuanya hampir tidak jelas. Berjalan parsial dan tidak saling mendukung.

*Sosok dan stigma pemimpin perempuan sempat terwakilkan pada sosok Megawaty Soekarno Putri yang sempat memimpin bangsa ini. Penilaian Anda?

+Saya merasa tidak dalam kapasitas saya untuk menilai Ibu Mega. Bagaimanapun, saya kira itu salah satu jawaban zaman, beliau sudah menjadi presiden. Dan, saya yakin banyak dari kita yang tidak menyangka itu bisa terjadi. Kalau soal adanya kekurangan, itu lumrah. Tapi, Hitler yang dulu membunuhi orang dengan statusnya sebagai seorang lelaki, apakah kita membuat orang menilai semua lelaki berperilaku seperti Hitler?

PANGGUNG politik menjelang pilpres 2009 mendatang semakin semarak. Sejumlah tokoh dari berbagai kalangan bermunculan. Dari yang mengklaim diri generasi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News