Menteri Nasir Targetkan 30 Ponpes Punya Akademi Komunitas

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengatakan, saat ini telah banyak pondok pesantren yang sudah memiliki jenjang pendidikan SMA/SMK, Kemenristekdikti mendorong pesantren di Indonesia untuk meningkatkannya ke jenjang pendidikan tinggi.
“Kami tingkatkan kualitasnya ke pendidikan tinggi melalui akademi komunitas. Saya menargetkan akan ada 30-40 pondok pesantren yang memiliki akademi komunitas di tahun 2019-2020,” ujar Menteri saat kunker ke Semarang, Rabu (5/12).
Melalui akademi komunitas, pendidikan vokasi pada jenjang perguruan tinggi pun bisa dilaksanakan.
Nantinya pendidikan vokasi melalui akademi komunitas diharapkan dikembangkan untuk pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat dengan lebih cepat.
Menteri Nasir melanjutkan, pendidikan vokasi di pesantren tidak hanya pada teknik elektro, teknik mesin, atau teknik komputer, melainkan harus sesuai dengan potensi di daerahnya.
Hal tersebut tentu bisa meningkatkan daya saing untuk bekerja di industri dan mengembangkan potensi daerahnya.
"Kami perlu membangun pendidikan tinggi atau keterampilan di pesantren. Jadi tidak hanya belajar ilmu agama, tapi juga keahlian yang lain juga," tuturnya.
Bekerja sama dengan Konsorsium Lembaga Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama dan Yayasan Penabulu, Kemenristekdikti mensosialisasikan bentuk dan persyaratan pendirian pendidikan tinggi akademi komunitas kepada 99 perwakilan pesantren di Provinsi Jawa Tengah.
Pendidikan vokasi melalui akademi komunitas memiliki status yang sama dengan perguruan tinggi lain.
- Safari Ramadan di Jateng, Muzani: Ponpes Harus Terlibat Wujudkan Indonesia Emas 2045
- BAZNAS Bantu Kemandirian Ekonomi Ponpes Melalui Program Zmart
- Polisi Ungkap Kronologi Kasus Pembacokan di Ponpes Ibun Bandung, Oh Ternyata
- Lewat Program Ini, Telkom Berkomitmen Mengatasi Perubahan Iklim di Indonesia
- Cucun Syamsurijal Apresiasi Peran Besar Kiai Cerdaskan Bangsa Lewat Pesantren
- Majelis Masyayikh Pengin Memastikan Pesantren Tak Hanya Bertahan, tetapi Berkontribusi