Menu Mandoti
Oleh: Dahlan Iskan
jpnn.com - INI kafe modern. Tapi menyajikan menu Songkolo Pulu Mandoti.
Saya mencicipi menu itu kemarin pagi. Usai senam dansa di Makassar. Di depan kafe itu: BEN'Z Cafe. Dekat lapangan Karebosi. Bersama sebagian peserta Munas Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) yang lagi kumpul di Makassar.
Menu Mandoti yang terbuat dari Beras Mandoti khas Enrekang. Ilustrasi Foto: Disway.if
Itu nasi ketan. Tapi bukan ketan. Nasinya warna merah. Tapi tidak terbuat dari beras merah yang teksturnya karau.
Bahan baku nasi di menu itu: Pulu Mandoti. Beras Mandoti. Beras khusus yang hanya tumbuh di pedalaman Sulsel: Enrekang. Bahkan tidak semua wilayah Enrekang bisa ditanami Pulu Mandoti. Hanya di Salukanan.
Beras ini mahal sekali: satu kilogram Rp 60.000. Di pasar Makassar dijual literan. "Per liter Rp 80.000," ujar Anto, pedagang beras yang saya hubungi. Sudah lebih 30 tahun Anto jualan Mandoti.
Kesaksian saya: enak sekali. Disajikan dengan kelapa parut mirip serundeng. Juga dengan irisan-kentang-goreng-kering-kecil-kecil, sekecil gagang cabe.
"Lho ini kan nasi ketan?" kata saya.