Menu Mandoti
Oleh: Dahlan Iskan
Maramuda Sahala
”Isi semua kitab ini bisa kamu pahami hanya dalam satu minggu kalau bukunya berbahasa Indonesia,” katanyi. Konsep ini (pakai terjemah) yg dipakai di umumnya pesantren Muhammadiyah dan ini menjadi sumber kegagalan ponpes MD: para santrinya tidak mampu membaca kitab kuning karena tidak dibiasakan. Di pondok salaf, membaca kitab kuning itu bukan hanya untuk memahami maknanya, tapi juga untuk menambah mufradat (kosa kata arab klasik). sehingga dg mufradat bahasa Arab yg banyak ditambah ilmu nahwu shorof dari kitab Ajurumiyah dan Alfiyah, maka santri yg tekun bisa menguasai bahasa Arab dan literatur Arab klasik tanpa harus belajar ke timur tengah. Gus Baha contohnya. Kesuksesan pondok salaf seperti Sidogiri, Lirboyo, dll menjadi pembeda ketika lulusannya meneruskan belajar di jurusan agama di timur tengah seperti di Mesir. Mereka lebih unggul secara kualitas dibanding dari pondok modern. Sebagian dari mereka bahkan sudah menjadi "kyai" di masjid2 mesir dg membuka pengajian kitab yg diikuti oleh mahasiswa asal negara tetangga seperti Malaysia, Brunei, dll; di samping dari sesama indo yg dulunya tidak mondok di pondok salaf. Di univ. Al-Azhar kalau ada mahasiswa yg disertasi doktornya dapat nilai cum laude itu berasal dari Indonesia (seperti Quraish Shihab dan Gus Ghofur Maimun) para mahasiswa asal negara tetangga menganggap "biasa" ini pengakuan atas kualitas pendidikan agama di pondok salaf. dan baru diaggap luar biasa kalau cum laude itu berasal dari negara tetangga (dan itu hampir tidak ada).
Latif Faiz
Ya betul,saya sangat setuju kalo Pak Andi dicari sampai ketemu,karena ini merupakan penyambung keturunannya almarhumah kakak Abah.. Ayo jemaah Disway semuanya bergerak..
Disway 2409385
Pak, dengan segala sumber daya yang anda punya, anda harus mencari keponakan anda si Andi ini. apalagi ayahnya masih hidup, dan itu adalah putra satu satunya kakak anda. Anda harus mencarinya!! berapapun harganya!! Kakak anda orang luar biasa dilihat dari fotonya.saya akan cerita hal yang mungkin sama dengan cerita keponakan anda.seorang anak, saat jaman revolusi tahun 1940an, di culik dari ibunya. dia disembunyikan di sebuah rumah yang mana ibunya tau. ibunya menggedor setiap pintu rumah orang orang dan saah satunya rumah orang yang menculik itu sambil memanggil namanya. dia juga berteriak ke orang orang bahwa anaknya di culik. dan orang yang menculik mengancam anak itu kan membunuh bila dia berteriak. anak itu mendengar teriakan ibunya sampai suara ibunya menghilang karena mencari di tempat lain. dia masih kecil. sekitar 5 tahun. dan setelah seharian ibunya mungkin putus asa, tidak terdengar lagi teriakan ibunya memanggil namanya.dia kemudian dijual ke luar negeri.seumur hidupnya, dia terngiang teriakan ibunya. dan berusaha mencari beliau. namun seumur hidupnya, dia tidak pernah bertemu ibunya. sampai anak itu besar dan telah meninggal. dalam usia 80an tahun. dia tidak ingat apapun karena masih kecil. termasuk tempat tinggal/desa asal ibunya.saya mengenal beliau saat sudah berumur 70an tahun. dan memang dia "berbeda" secara fisik dengan kami.saya tidak pernah bisa lupa akan kisah hidup dari beliau ini.CARI KEPONAKAN ANDA PAK!CARI SAMPAI KETEMU!!! Menemukan Andi adalah "amal dan pahala" yang bisa anda berikan kepada almarhum kakak anda.
Leong Putu
Kebiasaan Bp. Husein membawa Badik ke mana-mana, walaupun di daerah perantauan, jelas terbentuk dari adat istiadat yang kuat di daerah asal beliau. Badik itu mungkin bisa berfungsi sebagai alat kerja, juga bisa berfungsi sebagai senjata untuk mempertahankan diri. Artinya kalau tidak bawa Badik bisa bahaya. Bagi kaum prianya. ........... Zaman sekarang , padanan untuk Badik itu barangkali adalah Hp. Bagi sebagian kaum pria tidak bawa Hp itu bahaya. Kalau bepergian, adalah lebih baik jikalau istri yang ketinggalan. Hp tidak boleh ketinggalan. Bahaya. Lebih bahaya lagi, kalau Hp yang tertinggal itu dipegang istri. Hmmmmmm.....bisa dibayangkan kisah selanjutnya......
Lbs
Tp perlu d ingat pula perbedaan adat istiadat d masing2 daerah. Spt kata komentator disway, kalau d madura tdk bawa senjata ke mana2 d anggap sombong. Tp sebaliknya d desa Abah atau daerah saya. Membawa senjata ke mana2 itu aneh. Malah terkesan sombong, kayak mau nantang kelahi. Ya kecuali ke sawah atau ke kebun. Wajar bawa arit, celurit, atau parang...
Neo Mister Xi
"Jutaan orang bahkan tidak menyadari, lelaki selalu bawa senjata kapanpun di manapun". Wkwkwkkw....
Er Gham
Bawa senjata--- seperti badik--- itu seperti bawa nyawa kedua. Tingkat percaya diri bertambah. Ini seperti tentara bawa senjata. Senjata itu seolah olah hidup dan menemani yang bawa. Yang pernah latihan bawa senjata berhari hari, di tengah hutan, menempel di tubuh 24 jam, pasti bisa memahami.
Pryadi Satriana
"... lebih 30 th kemudian, saya ke Jambi ...". Dan selama itu pula Sang Kakak menunggu Sang Adik datang nyekar ... Saat baca Disway, Andi mungkin mbatin,"Nyari Ibuku aja setelah lebih 30 th. Nyari Bapak aja enggak, malah Bapak yg nyari, apalagi nyari aku ... ". Hmm ..., penyesalan SELALU datang terlambat! Salam.