Menunggu Joker
Oleh: Dahlan Iskan
Yang ditunggu tinggal klimaks di babak akhir: ke mana Zelenskyy akan pergi. Akankah ia jadi panglima perang dadakan. Atau minta suka ke negara lain.
Ia bukan tentara. Ia juga bukan politisi berpengalaman. Ia pelawak profesional –golongan pelawak yang cerdas dan berilmu. Ia aktor film seri yang diidolakan –sebagai tokoh presiden yang ideal: di serial itu.
Maka, setelah pasukan Rusia merangsek ke berbagai penjuru Ukraina, ia masih bisa membuat langkah seperti tokoh di dalam film parodi. Hanya kali ini benaran. Di dunia nyata.
Ia mengajak Putin berunding. Dengan cara bertemu langsung.
Ajakan itu bagus. Tapi nada ajakan itu benar-benar seperti di naskah skenario film parodi. Pakai satire segala. Lihatlah ajakannya untuk berunding dengan Putin di bawah ini. Seolah ia seorang presiden sekaliber Macron:
"Satu-satunya cara mengakhiri perang ini kalau saya bertemu Anda. Secara langsung. Kami tidak punya rencana menyerang Rusia. Apa yang Anda inginkan dari kami? Pergilah dari tanah kami.
Duduklah bersama saya. Tapi jangan berjarak sampai 30 meter seperti ketika duduk dengan Presiden Prancis Macron".
Tentu itu bukan ajakan berunding yang tulus. Itu adalah kata-kata untuk menghina Putin. Yang waktu bertemu Macron jarak duduk mereka memang begitu jauh. Satu di ujung meja sini, satunya lagi di ujung sana. Terlihat tidak akrab. Meski tentu tidak sampai 30 meter.