Menunggu Pemimpin Baru Jepang Pasca Naoto Kan

Sulit Muncul Tokoh Berkarakter Kuat dan Berani

Menunggu Pemimpin Baru Jepang Pasca Naoto Kan
Menunggu Pemimpin Baru Jepang Pasca Naoto Kan

Tetapi, hal itu jelas tidak mudah. Kegagalan Kan menjadi salah satu buktinya. Apa yang membuat Kan akhirnya mengikuti pendahulunya, Yukio Hatoyama? Salah satu di antaranya adalah anjloknya popularitas pemerintahannya hingga titik terendah. Hasil jajak pendapat terbaru menempatkan popularitas alumnus Tokyo Institute of Technology itu pada level 15,8 persen.

"Jatuhnya popularitas Kan itu adalah indikasi dari munculnya masalah besar. Hilangnya kepercayaan politik secara umum. Konflik antarpartai dan internal partai (DPJ) ketika situasi nasional sedang dibelit masalah darurat hingga diperburuk reputasi politisi," tulis Economist dalam tajuknya.

Jatuhnya popularitas Kan itu tak lepas dari sorotan publik terkait penanganan krisis nuklir di Fukushima akibat gempa dan tsunami. Padahal, kinerjanya dalam penanganan krisis pasca-bencana sempat mendapat apresiasi dari dunia internasional. Wapres Amerika Serikat (AS) Joe Biden memuji upaya pemerintah Jepang dalam proses pemulihan pasca-bencana saat berkunjung. PBB juga berkali-kali menyebut bahwa pemerintah Jepang sudah berada pada jalur yang benar dalam penanganan krisis nuklir.

Namun, turunnya popularitas suami Nobuko itu juga tidak lepas dari absennya sang perdana menteri pada hari-hari sebelum dan beberapa pekan setelah bencana pada Maret lalu. Saat itu, Kepala Sekretaris Kebinet Yukio Edano bertugas layaknya PM interim.

TOKYO - Tampuk kepemimpinan di Jepang bakal kembali berganti. Pada Jumat lalu (26/8) Naoto Kan, 64, telah resmi mundur dari jabatan sebagai perdana

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News