Menurut Gus Yaqut, New Normal Membahayakan Santri di Pesantren
![Menurut Gus Yaqut, New Normal Membahayakan Santri di Pesantren](https://cloud.jpnn.com/photo/arsip/watermark/2020/03/02/ketua-umum-gp-ansor-yaqut-cholil-qoumas-kiri-dan-wakil-ketua-ansor-jatim-ahmad-muhdlor-ali-foto-tim-gus-muhdlor-8.jpg)
jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas mengingatkan pemerintah akan bahaya memaksakan tatanan kehidupan normal baru atau new normal di saat wabah COVID-19 masih merajalela.
Terutama bagi kehidupan di Pondok Pesantren yang jumlahnya puluhan ribu.
Menurut politikus yang beken disapa dengan panggilan Gus Yaqut, di Indonesia ada sekitar 28 ribu pesantren dengan jumlah santri sekitar 18 juta orang.
Dengan kata lain, lingkungan pendidikan keagamaan ini menjadi kelompok yang rentan terpapar Covid-19 jika new normal diberlakukan.
"Pesantren sangat rentan jika diberlakukan new normal, sangat rentan untuk menjadi episentrum baru," ucap Gus Yaqut dalam diskusi secara virtual bertajuk Bincang Seru Menuju New Normal bersama Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas, Rabu (27/5).
Pondok pesantren menjadi sangat rentan karena kondisi di lingkungannya yang mayoritas tidak besar.
Banyak pesantren itu bangunannya sederhana.
"Saya tidak bicara pesantren besar, modern, banyak pesantren kecil-kecil. Satu kamar itu bisa diisi sepuluh sampai dua puluh anak. Bayangkan (bagaimana) mereka bisa melakukan jaga jarak sebagai syarat memperlemah penyebaran Covid-19," sebut Yaqut.
Menurut Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas, penerapan new normal di saat wabah COVID-19 masih merajalela, membahayakan para santri di pesantren.
- Kerja Sama Polri-PBNU Dinilai Efektif Kurangi Kekerasan di Pesantren
- Isu COVID & Lab Wuhan Mencuat Lagi, China Gercep Membela Diri
- Raker dengan Menag, HNW Usulkan Sertifikasi Tanah Gratis untuk Madrasah dan Pesantren
- Sidang Tuntutan Korupsi APD Covid-19 di Sumut Ditunda, Ini Masalahnya
- Penguatan Pendidikan Santri, Langkah Menuju Indonesia Emas 2045
- Trump Bikin Gebrakan Hari Pertama, Langsung Teken Keppres agar AS Keluar dari WHO